IslamToday ID — Peneliti senior Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai tujuh tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi gagal. Ia menilai sumber kegagalan pemerintahan Jokowi terletak pada kesalahan penyusunan skema keuangan.
“Sebetulnya sumber kejanggalan utama itu ada pada skema keuangannya ya. Skema keuangan yang dirancang pemerintah ini seluruhnya gagal,” katanya dalam video dalam kanal Youtube Barvos Radio Indonesia, Senin ( 17/05/2021).
- Tax Amnesty
Menurutnya, awal mula kegagalan terjadi sejak tahun 2016. Saat itu, pemerintah merancang kebijakan Tax Amnesty. Pemerintah merancang kebijakan Tax Amnesty dengan maksud untuk menarik uang yang berada di luar negeri.
“Waktu itu pak presiden sampai gembar-gembor bahwa kita menarik uang sekitar Rp 11.000 T yang disimpan oleh pengusaha-pengusaha Indonesia yang ada di luar negeri yang disimpan di rekening luar negeri,” imbuhnya
Namun, faktanya rencana tersebut jauh dari harapan. Proyek Tax Amnesty yang rencana dapat menarik uang belasan ribu triliun rupiah yang disimpan oleh konglomerat Indonesia di luar negeri gagal membuahkan hasil.
Ironisnya kebijakan Tax amnesty atau pengampunan pajak malah menghilangkan atau menghapus piutang negara pada pengemplang pajak kelas kakap.
“Selesai itu seluruh rencana yang dilakukan pemerintah ini jauh panggang dari api, artinya tidak ada penerimaan negara. Mau pun uang masuk sebgaimana yang dirancang dalam mega proyek Tax Amnesty. Padahal proyek Tax Amnesty ini mengorbankan banyak hal menurut saya, jadi Tax Amnesty ini gagal untuk mendapatkan sumber keuangan yang memadai,” tuturnya .
Menurut Salamuddin Daeng, terbitnya yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty) sejatinya merupakan UU untuk melegalkan kejahatan. Sebab, kebijakan ini tidak mempedulikan dari mana uang itu berasal.
- Pembiayaan Softbank
Tak hanya Tax Amnesty, Salamuddin menyebutkan skema keuangan lain yang menjadi penyebab gagalnya pemerintahan Presiden Jokowi. Yakni, pembiayaan Softbank yang juga gagal menarik sumber keuangan.
“Nah itu juga soft bank gagal untuk menarik sumber Keuangan dari luar negeri terutama dalam proyek pembangunan ibu kota baru” tuturnya.
- Pembelian SUN oleh BI
Penyebab lain gagalnya pemerintahan Jokowi adalah skema keuangan terkait pembelian SUN (Surat Utang Negara) oleh BI (Bank Indonesia). Pasalnya, Bank Indonesia tidak transparan dalam memaparkan asal usul uang yang digunakan untuk membeli surat utang negara tersebut.
“BI sendiri tidak transparan dalam hal ini, ini uang-uang yang dipakai adalah uang bank ,uang masyarakat, uang jamsostek, uang macam- macam ya, kita memang sejauh ini belum mengetahui sebetulnya uang yang dipakai untuk membeli surat utang negara oleh BI ini,” katanya dalam video dalam kanal Youtube Barvos Radio Indonesia, Senin ( 17/05/2021).
Lanjutnya, untuk membeli SUN pun Bank Indonesia juga tidak mencetak uang. Bank Indonesia juga bukan merupakan sebuah lembaga provit yang mudah mendapatkan sumber uang, serta bukan lembaga investasi. Ia pun menaruh curiga terkait hal ini.
“Menurut saya ini akan jadi blunder terbesar di masa mendatang karena kita tahu BI ini, uang macam apa untuk membeli surat utang negara di pasar perdana untuk membiayai kelanjutan APBN ditengah covid?.” sambungnya
Menurut analisanya, tindakan blunder ini akan berdampak pada utang Indonesia. Negara akan semakin terbebani utang yang besar di tengah penerimaan negara yang merosot.
Tak hanya itu, Salamuddin Daeng juga mengkhawatirkan, pembiayaan surat utang negara ini akan menjadi kasus bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) jilid 2. Sebab pembiayaan yang dilakukan BI dengan skema tersebut sangat beresiko.
“ Pembiayaan dilakukan oleh Bank Indonesia dan ini kita tahu adalah satu skema yang sangat berisko ini seperti mengulang cerita BLBI kepada bank- bank yang bangkrut di era krisis 1998,” tuturnya
Diketahui sebagian besar utang yang diperoleh Presiden Jokowi dalam membiayai pemerintahannya datang dari surat utang negara senilai Rp 909,9 triliun lebih dan pembeli terbesarnya adalah Bank Indonesia
Penulis Kanzun