(IslamToday ID) – Ekonom yang juga tokoh nasional Rizal Ramli menyatakan Hari Kebangkitan Nasional harus menjadi momentum untuk mengubah demokrasi kriminal menjadi demokrasi yang bersih dan amanah.
Hal itu diungkapkan Rizal dalam acara orasi kebangsaan bertemakan “113 Tahun Kebangkitan Nasional Kebangkitan Seluruh Rakyat Indonesia: Jalan Keadilan dan Kemakmuran” yang digelar di Gedung Joang, Menteng Raya 31, Jakarta Pusat, Jumat (28/5/2021).
Rizal meyakini dengan mengubah demokrasi kriminal menjadi demokrasi yang bersih, maka demokrasi akan bekerja untuk keadilan dan kemakmuran rakyat. Bukan hanya menjadi pesuruh oligarki, elite, dan dinasti kekuasaan politik dan ekonomi.
“Hanya dengan jalan perjuangan itu, demokrasi bisa bermanfaat untuk memberikan keadilan, kemakmuran dan kejayaan untuk seluruh bangsa Indonesia,” kata Rizal.
Terkait dengan peluang Indonesia keluar dari krisis multidimensi, ia menyatakan optimistis. Bahkan, menurutnya, peluang itu sangat terbuka lebar.
Syaratnya, sebut Rizal, seluruh potensi rakyat Indonesia digerakkan dan semua potensi strategis dan sumber daya alam nasional benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat Indonesia. “Dengan begitu kita akan cepat keluar dari krisis multidimensi ini!” tegasnya.
Agar Indonesia berdaulat dan berjaya, katanya, ekonomi nasional harus dikelola dengan melaksanakan ekonomi konstitusi UUD 1945. Yaitu ekonomi dari, dengan, dan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
“Bukan ekonomi neo liberalisme yang menjadi pintu masuk neo kolonialisme baru, dan bukan kegiatan ekonomi yang lokasinya di Indonesia, tapi manfaat dan nilai tambahnya untuk kemakmuran orang asing,” tandas Rizal.
Menurutnya, tidaklah menjadi masalah menjalin kerja sama dengan negara lain dan itu memang perlu. Namun hubungan kerja sama itu haruslah saling menghormati dan menguntungkan.
“Tidak hanya menguntungkan mereka tapi merugikan rakyat kita sendiri. Salah satu kunci utama agar bisa keluar dari krisis, bangkit dan bergerak maju, adalah integritas, kualitas dan kompetensi kepemimpinan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, pemimpin yang tangguh dan hebat diuji justru pada saat kritis. Pemimpin tangguh itu mampu mencari peluang dan memanfaatkan krisis untuk memperkokoh ketahanan dan menggerakkan bangsa untuk segera keluar dari krisis dan melaju ke tahap yang lebih baik.
Sebaliknya, pemimpin memble akan membuat krisis justru menjadi lebih ruwet dan lama. Dampaknya semakin meluas dan rakyat semakin susah.
“Bukannya pulih lebih cepat, tapi malah anjlok lebih dalam karena kebijakan-kebijakan yang dibuatnya tidak fokus, tanpa prioritas, syarat konflik kepentingan, sehingga dalam situasi seperti itu tindakan koruptif akan semakin tidak terkendali,” ungkapnya.
Seperti di ketahui dalam acara ini hadir para tokoh dan aktivis nasional antara lain Jenderal TNI (Purn) Agustadi, Letjen TNI Mar (Purn) Suharto, Din Syamsuddin, Chandra Motik, Jumhur Hidayat, dan Andrianto aktivis Gerakan Pro Demokrasi Indonesia sebagai co promotor acara. [wip]