IslamToday ID — Dr. Handi Risza, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Paramadina menilai kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini adalah ulah dari agen korporasi asing yang masuk ke Indonesia sejak zaman orde baru.
Menurutnya agen tersebut sengaja datang ke Indonesia untuk mempengaruhi kebijakan pemerintahan saat itu. Hal ini bertujuan untuk mengeksplorasi sumber daya alam Indonesia. Akibatnya Indonesia menghadapi polusi darat laut udara yang sangat serius sampai sekarang.
“Ada unsur corporate dan juga birokrasi yang terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga banyak project-project yang dibuat. Ini terus berlangsung selama bertahun-tahun ya kita bisa lihat misalkan Tembagapura di Freeport itu dari tahun 1967 hingga sekarang masih di eksplorasi. Kita tidak terbayang bagaimana rusaknya lingkungan,” kata Handi dalam webinar yang ditayangkan ulang oleh Bravos Radio Indonesia, Senin (28 /06/2021)
Ia juga menyatakan pertumbuhan perekonomian Indonesia lebih didominasi oleh komoditas tambang emas, nikel, hingga minyakbumi bukan didorong oleh komoditas industri.
“Ini menjadi salah satu sebab mengapa Indonesia tidak bisa melepaskan diri atau tergantung dari hasil komoditas sumberdaya alam (SDA). Akibat perekonomian yang terlalu bergantung pada komoditas, maka tidak pernah bisa leading menuju industrialisasi pengolahan yang berbasis pada nilai tambah produk SDA,” kata Handi
Sehingga para korporasi menurutnya, bersikap sesuka hati. Melakukan eksploitasi yang dapat menghancurkan lingkungan, pasalnya, korporasi tersebut tidak pernah memikirkan aspek perbaikan lingkungan dari hasil mengeksploitasi kekayaan Indonesia.
Dan atas kurangnya kepedulian terhadap keberadaan lingkungan, hal ini menyebabkan hutan primer Indonesia dan alih fungsi lahan terkena dampaknya serta munculkan berbagai masalah.
“Terjadi environmental degradation akibat pembangunan yang hanya mengandalkan sektor komoditas SDA. Hingga akhirnya Indonesia kini memiliki masalah besar (lingkungan),” ucap Handi
Handi menuturkan masalah tersebut kini mulai dirasakan seluruh rakyat Indonesia. Mulai dari pencemaran sungai, bencana banjir, menimbulkan sampah pencemaran tanah, abrasi, kerusakan hutan, kesulitan air bersih, rusaknya ekosistem laut, pencemaran udara hingga pemanasan global.
“Tidak terlalu aware dengan keberadaan lingkungan kita sehingga setelah 4 atau 5 dekade sekarang ini baru terasa, mulai hutan primer kita berkurang dengan sangat signifikan ya pencemaran udara juga begitu pencemaran air sungai,” tutur Handi
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Handi , pemerintah seharusnya memiliki kebijakan, modal anggaran, infrastruktur dan birokrasi pemerintahan yang tegas dan jelas. Tak hanya itu, kebijakan juga harus dilengkap dengan pembangunan yang pro lingkungan dan sustainable.
“ Hal tersebut tentunya harus didukung oleh porsi anggaran pemeliharaan yang pro lingkungan,” pungkasnya.
Penulis Kanzun