(IslamToday ID) – Pemerintah menyiapkan skema impor untuk menutup kebutuhan oksigen yang meningkat tajam karena lonjakan kasus Covid-19. Produksi oksigen secara nasional dan persebarannya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan skema impor adalah salah satu opsi untuk memenuhi oksigen dan alat konsentratornya.
“Oksigen yang ada di Jawa kapasitasnya 1.488 ton, luar Jawa 271 ton, jadi nasional 1.759 ton per hari. Masalahnya, kalau dilihat (sebarannya) nggak sama, terkonsentrasi di Jawa Barat dan di Jawa Timur. Sedangkan yang di Jawa Tengah, padahal jumlah rumah sakit di Jawa Tengah 390 ditambah Jogja 56,” kata Budi dalam paparannya secara daring di Rapat Kerja (Raker) Komisi IX DPR di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (13/7/2021).
Alasannya, Budi menjelaskan, karena memang industri yang membutuhkan oksigen sedikit di Jawa Tengah. Akibatnya, menimbulkan masalah logistik yang sulit, karena distribusi oksigen liquid ini memerlukan truk besar dan sangat berbahaya karena ini explosive atau mudah meledak, dan harus dibawa dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.
“Ini sudah di-manage menjadi satu, tetap menjadi beban yang sangat tinggi untuk menggerakkan oksigen kebutuhannya mungkin sekarang 2.000-an ton per hari pergerakan oksigen,” terangnya seperti dikutip dari Sindo News.
Adapun strategi pemenuhannya, mantan Wamen BUMN ini menguraikan, skemanya adalah impor dan hibah. Yang jelas, harus impor untuk memenuhi kebutuhan 700-750 ton per hari dan itu ditangani oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Selain impor, pemerintah juga membujuk semua industri yang mempunyai kapasitas untuk produksi oksigen sendiri. “Misalnya pupuk, pupuk itu memiliki oxygen plan sendiri, karena mereka butuh itu untuk produksi pupuk mereka. Mereka biasanya ada access capacity yang kita minta untuk bantu rumah sakit,” ungkap Budi.
Sehingga, katanya, di bawah koordinasi Kemenperin, dari berbagai industri seperti Smelther Morwali, Krakatau Steel, dan lain sebagainya diperoleh 216 ton oksigen liquid per hari. Dan ada tambahan dari reaktivasi pabrik oksigen liquid sebesar 100 ton per hari.
Kemudian, sambung mantan Dirut Bank Mandiri ini, sisanya dibantu dengan oksigen konsentrator, supaya tempat tidur isolasi di RS tidak perlu lagi diisi oleh oksigen liquid, tapi diisi dengan oksigen konsentratror. Alat ini diimpor dengan harga 500-800 dolar AS per unit.
“Alat ini bisa dibeli, mungkin harganya 500-800 dolar AS. Dia mengkonversi, colokin langsung ke listrik, dia mengkonversi udara langsung menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen,” terangnya.
“Ini adalah cara yang dipakai juga di India kemarin dan kita menyumbang juga ke India beberapa oksigen konsentrator ini. Kita sudah mengidentifikasi kebutuhan tabung dan oksigen konsentrator itu sekitar 60.000-70.000, tapi mungkin ke depannya kita mengarahkan ke oksigen konsentrator,” pungkas Budi.
Dipinjamkan ke Rumah-rumah
Skema impor oksigen juga diungkapkan oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan. Ia mengatakan pemerintah telah mengimpor 40.000 ton oksigen untuk mengatasi krisis oksigen. Selain itu, pemerintah akan mengimpor ribuan oksigen konsentrator.
“Oksigen memang awal-awal ini ada masalah. Karena peningkatan permintaan lebih tinggi. Tapi sekarang sudah ditata, sudah semakin baik oleh Kementerian Kesehatan dan juga saya kira juga dibantu PUPR dan juga BUMN,” kata Luhut dalam konferensi pers virtual seperti dikutip dari Detikcom, Senin (12/7/2021).
“Sementara itu, kami juga sudah proses mengimpor 40.000 ton oksigen liquid. Untuk kita gunakan ke depan ini. Kita berjaga saja. Untuk sementara kita tidak butuh sebanyak itu,” lanjutnya.
Luhut mengatakan Indonesia belajar dari kondisi negara lain dalam mengantisipasi lonjakan kasus.
“Tapi kalau melihat di dunia, perkembangan di Amerika, perkembangan di Inggris di mana sekarang trennya meningkat tajam, kita lebih bagus berjaga-jaga agar tidak by surprise,” tuturnya.
Selain itu, Luhut mengatakan Presiden Jokowi sudah setuju untuk mengimpor oksigen konsentrator. Nantinya, oksigen konsentrator ini akan dipinjamkan di rumah-rumah pasien Covid-19.
“Presiden sudah setuju, kita akan impor oksigen konsentrator sehingga akan mengurangi penggunaan liquid oxygen, itu 50.000 tabung. Dan sekarang kita sudah punya beberapa ribu, mungkin dengan 10.000, dan itu akan kita bagikan untuk digunakan di kasus-kasus yang ringan. Dan itu akan kita pinjamkan di rumah-rumah, dan kalau sudah selesai itu bisa diambil. Bisa 5 liter dan bisa digunakan 5 hari,” ungkapnya.
Jika corona sudah selesai, dia mengatakan bahwa tabung oksigen ini bisa dimanfaatkan oleh rumah sakit. “Kalau sudah habis Covid-19 itu akan dibagikan ke rumah sakit kita,” ujarnya. [wip]