(IslamToday ID) – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan pandemi Covid-19 belum terkendali hingga saat ini. Hal itu sekaligus menjawab klaim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan yang menyebut penanganan Covid-19 terkendali.
Beberapa klaim pandemi terkendali itu berkaitan dengan penambahan tenaga kesehatan, kebutuhan oksigen, obat-obatan, dan pembayaran terhadap rumah sakit.
Menurut Wakil Ketua IDI Slamet Budiarto, hingga saat ini pemerintah masih memiliki utang sekitar Rp 6,5 triliun terhadap sejumlah rumah sakit. Jumlah tersebut adalah utang yang harus dibayarkan pada 2020.
“Masih ada yang belum dibayar dari 2020. Jumlahnya Rp 6,5 triliun. Itu juga ada yang disputed. Kalau rumah sakit belum dibayar, dokternya juga belum,” kata Slamet seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (16/7/2021).
Ia juga menjelaskan, situasi di lapangan masih banyak rumah sakit yang kewalahan akibat pasien yang terus membludak, sementara tenaga kesehatan semakin berkurang. “Rumah sakitnya sampai saat ini masih kewalahan, tenaga kesehatan berkurang, baik dokter maupun non dokter,” kata Slamet.
Tak hanya itu, ia juga menyebut di lapangan obat-obatan juga masih sulit dicari, bahkan oksigen belum tercukupi sesuai kebutuhan. Menurutnya, semua klaim yang disampaikan pemerintah sama sekali tak terjadi di lapangan.
Memang saat ini, kata Slamet, banyak rumah sakit lapangan yang ditambahkan dengan menyulap sejumlah gedung serba guna. Namun hal itu sama sekali tak menjawab upaya pengendalian Covid-19.
Lagi pula, kata Slamet, penambahan rumah sakit adalah hal yang sia-sia jika pemerintah tidak menambah fasilitas dan tenaga kesehatan sesuai kebutuhan. “Buat apa tambah rumah sakit darurat tapi tenaga kesehatan enggak ada, obat enggak ada, oksigen enggak ada. Buat apa?” katanya.
Slamet kemudian menjelaskan Covid-19 bisa dikatakan terkendali jika angka kesakitan dan infeksi bisa diturunkan. Namun yang terjadi saat ini sebaliknya, angka kesakitan dan kematian terus menerus mengalami peningkatan.
“Berarti kan infeksi bisa disimpulkan belum terkendali. Akhirnya ini kita nyatakan bahwa pandemi belum terkendali,” katanya.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi menambahkan kondisi fasilitas kesehatan (faskes) saat ini sudah berada di fase kolaps secara fungsi alias functional collapse. Pasalnya, jumlah tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 sudah semakin terbatas, ketersediaan alat kesehatan seperti oksigen yang menipis, yang kemudian berdampak pada perburukan gejala pada pasien.
“Kondisi sekarang cukup mengkhawatirkan. Kita dihadapkan pada kondisi yang functional collapse, bukan structural collapse ya, karena IGD-nya masih ada, bisa dibuat tenda, bisa tambah tempat tidur. Tapi secara functional collapse,” kata Adib dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube PERSI, Jumat (16/7/2021).
Ia pun meminta agar pemerintah lebih sigap dalam membuat sebuah regulasi terkait pemenuhan kebutuhan para nakes dan faskes.
Ia juga meminta agar edukasi kepada masyarakat tentang kategori pasien Covid-19 yang harus dirujuk ke faskes dan yang isolasi mandiri (isoman) disampaikan secara masif.
“Jadi yang kita intervensi adalah suatu kebijakan agar ini tidak kolaps dari sisi fungsional. Seperti memulai pemberdayaan, kemudian memberikan akses kepada masyarakat supaya flow (kasus)-nya tidak terlalu banyak,” jelasnya.
Lebih lanjut, Adib juga meminta agar pemerintah fokus pada pemberdayaan nakes. Pasalnya, lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini membuat banyak dokter kelelahan, terpapar Covid-19, hingga meninggal dunia.
Tim Mitigasi IDI per 12 Juli mencatat ada 63 dokter yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona bulan ini. Jumlah itu meningkat pesat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang sempat mencatat kasus kematian dokter di bawah 10 orang, pada April-Mei 2021.
“Jadi fungsional dalam konteks SDM, alat kesehatan, kaitan dengan obat, itu kolaps,” pungkasnya. [wip]