(IslamToday ID) – Pakar Keamanan Siber sekaligus CEO Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengkritik aplikasi kelola password besutan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) Satria.
Ia menilai aplikasi Satria jauh dari kelas profesional, bahkan bisa dikategorikan aplikasi yang dibuat oleh mahasiswa.
“(Satria) Jauh dari profesional, baik itu individu atau sebuah perusahaan terkesan tidak biasa membuat aplikasi yang berkelas,” katanya, Jumat (5/11/2021).
“Ini mah level anak kuliah ke bawah banyak yang buat,” tambahnya seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Bahkan, Ruby menilai para developer usia 20 tahun saja bisa membuat aplikasi yang lebih bagus dari Satria.
Kritik pedas tersebut disampaikan Ruby saat selesai menjajal aplikasi Satria lewat gawai Android miliknya. Ia kecewa lantaran logika pengembang dalam mendesain pendaftaran akun dinilai salah.
Aplikasi Satria tak memiliki verifikasi akun lewat email, sehingga pengguna bisa mencatut email asal-asalan untuk membuat akun di aplikasi tersebut.
“Misalnya saya login bikin email pakai kepala bssn.co.id itu bisa. Nah itu bisa karena setelah buat akun pakai email ngaco engga ada verifikasi,” pungkasnya.
Ia mengatakan biasanya hampir semua metode pendaftaran akun di banyak aplikasi menggunakan email, yang nantinya aplikasi mengirimkan verifikasi ke email pengguna.
“Berarti orang bisa bikin email ngaco. Akhirnya orang kalau salah tulis email orang nggak bisa pakai aplikasi itu. Begitu dimasukkin login salah, sudah itu orang nggak bisa login lagi,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menilai amat disayangkan lembaga sebesar BSSN hanya membuat aplikasi yang sangat sederhana. Ruby mengatakan aplikasi untuk mengelola password sejenis itu sudah lebih dahulu dibentuk.
“Kenapa lembaga sebesar BSSN yang digadang-gadang namanya juga besar membuat aplikasi hanya sesederhana ini,” ungkap Ruby.
Sebelumnya, Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan aplikasi Satria dihadirkan sebagai bentuk keamanan siber bagi seluruh masyarakat, khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Aplikasi Satria dihadirkan sebagai bentuk literasi digital karya mandiri BSSN untuk menunjukkan bahwa negara hadir dalam hal keamanan siber bagi seluruh masyarakat dan khususnya ASN se-Indonesia,” ujar Hinsa, Selasa (2/11/2021).
Merespons hal itu, Ruby mengatakan aplikasi Satria salah jika digunakan oleh publik. Hal itu lantaran Satria sangat sederhana, hasilnya masyarakat banyak mengkritik aplikasi besutan BSSN itu.
Namun, Ruby menjelaskan jika sebatas digunakan di lingkup ASN saja, maka Satria bisa dianggap menjadi platform yang cukup baik. “Mungkin di level ASN ini dianggap sesuatu yang cukup baik. Tapi kalau di level publik baik anak kecil sekalipun saja pakai aplikasinya yang memang sudah bagus dan berkelas,” pungkasnya. [wip]