(IslamToday ID) – Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj membuka Muktamar ke-34 NU dengan menceritakan ambisi organisasi kemasyarakatan itu mewujudkan kemandirian warganya hingga bangsa Indonesia.
Ia mengingatkan Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam luar biasa dari hutan hingga laut, sehingga yang dibutuhkan adalah sumber-sumber daya manusia unggul yang mampu mengolah kekayaan alam itu sebagai modal pembangunan.
“Agar pembangunan ini dirasakan masyarakat Indonesia, tidak hanya pertumbuhan tapi adalah pemerataan,” ujar Said di arena pembukaan Muktamar ke-34 NU, Pesantren Darussaadah, Lampung, Rabu (22/12/2021).
“Masih kita lihat banyak warga NU yang hidup di bawah kemiskinan. Namanya jelas: Solikin, Jumadi, Julkanan, Madrais. Namanya kampungan. Ndeso,” imbuhnya seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Said mengatakan dari sudut pandang santri dan pesantren, setidaknya ada lima jenis kekayaan yang menjadi kebesaran bangsa Indonesia.
Lima kekayaan itu adalah pertama kemajemukan sumber daya sosial yang terdiri atas ribuan etnis, suku bangsa, hingga dialek bahasa; kekayaan budaya, yang mana budaya nusantara juga membuka diri pada interaksi dengan kebudayaan asing.
“Napas dan aktualisasi nilai-nilai di negeri ini, Islam Nusantara menjadi bukti kematangan hadlarah NU,” kata Said.
Kekayaan ketiga adalah simbolis yang merupakan buah dari interaksi kebudayaan dalam hidup sehari-hari. Said mencontohkan sarung dan peci, yang juga digunakan Presiden Jokowi dalam kegiatan pembukaan muktamar tersebut.
“Kita tahu apa artinya peci dan sarung dalam arti teologi. Tapi, itulah simbol Nusantara, simbol umat Islam Indonesia,” ujar Said.
Kekayaan keempat adalah material di mana Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa dari hutan sebagai paru-paru dunia di daratan, hingga isi di lautan baik ikan maupun cadangan gas dan mineral di bawahnya.
Kekayaan kelima adalah sumber daya politik, kata Said, di mana Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan negeri muslim terbesar, tetapi tetap menjadi negara Pancasila bukan negara agama. “Yang menaungi semua agama yang ada,” kata Said.
Ia menyatakan tema yang diambil dalam muktamar kali ini adalah ‘Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Peradaban Dunia’. Ia menyatakan sikap moderat atau tawassuth NU selama hampir seabad ini mustahil tercapai tanpa kemandirian.
“Kemandirian dalam pengertian setia kepada prinsip-prinsip dan nilai dasar agama, kemandirian dalam pengertian sanggup menyusun agendanya sendiri,” kata Said. [wip]