(IslamToday ID) – Presiden Jokowi kembali menegaskan larangan untuk ekspor barang mentah. Menurutnya, hal itu dilakukan demi mengubah pola pikir bangsa yang sudah terjajah sejak zaman VOC.
“Jangan sekali lagi berpikir ekspor barang mentah, raw material, ekspor nikel ore, ndak ndak ndak. Pola pikir harus kita ubah, ini harus menjadi negara industri kalau kita mau maju,” tegas Jokowi saat melepas ekspor perdana smelting grade alumina di Bintan seperti dikutip dari Liputan 6, Rabu (26/1/2022).
Ia menyatakan, larangan ekspor barang mentah bukan tanpa sebab. Kepala negara meyakini akan ada nilai tambah jika yang diekspor adalah barang setengah jadi atau sudah jadi.
“Dengan risiko apapun, satu per satu akan saya stop (ekspor barang mentah),” ujar Jokowi.
Akibat kebijakan Jokowi, Indonesia kini menerima gugatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun Jokowi mengaku cuek dan siap menghadapi semua gugatan dunia demi kemajuan Indonesia.
“Nikel ore stop, kita digugat oleh WTO silakan gugat. Nanti stop bauksit mesti ada yang gugat lagi, silakan gugat tidak apa-apa, kita hadapi. Kalau ndak (stop), sejak zaman VOC kita akan jadi pengekspor raw material tidak rampung-rampung,” tandas Jokowi.
Sementara, ekspor perdana smelting grade alumina yang dilepas Jokowi sebesar 20.000 ton dengan nilai Rp 100 miliar.
Ekspor tersebut dilakukan oleh PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang memproduksi produk turunan bauksit menjadi produk tambang lainnya.
“Kawasan ini luasnya 2.333 hektare (ha) dan ekspor yang hari ini akan dilakukan sebesar 20.000 ton. Nilainya adalah 7,7 juta dolar AS atau Rp 100 miliar yang ada di kapal ini,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang mendampingi Jokowi.
Ia mengatakan produksi bauksit menjadi alumina memberikan nilai tambah produk pertambangan tersebut hingga 16 kali lipat dibandingkan ekspor bahan mentahnya.
“Ekspor bauksit 20 juta ton nilainya hanya 700 juta dolar AS, sehingga arahan Bapak Presiden untuk menyetop ekspor bauksit. Kalau semuanya dibuat seperti ini, ekspor kita (dan harga jualnya) akan meningkat 16 kali,” terang Airlangga.
Dengan begitu, hingga akhir tahun ini ekspor alumina ditargetkan akan mencapai 2 juta ton dengan nilai mencapai 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp 21,54 triliun.
Lebih lanjut, ekspor alumina pada tahun depan diperkirakan naik hampir dua kali lipat yakni sebesar 2,7 miliar dolar AS. [wip]