(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRES) Marwan Batubara menilai program hilirisasi mineral nikel yang dicanangkan Presiden Jokowi tidak memberikan manfaat terbesar bagi negara dan rakyat.
Seperti diketahui, Jokowi pernah mengatakan dengan program hilirisasi mineral nikel maka Indonesia akan memperoleh minimal empat manfaat utama. Yaitu membuka peluang masuknya investasi sektor hilir industri nikel (hilirisasi), memperoleh nilai tambah sekitar 10 kali lipat, meraih keuntungan puluhan miliaran dolar AS, dan menciptakan lapangan kerja.
“Jika kita mengira negara akan untung besar dari nilai ekspor 20 miliar dolar AS yang diklaim Presiden Jokowi tersebut, maka itu hanya halusinasi. Karena berbagai penyelewengan kebijakan dan aturan, yang memperoleh manfaat terbesar adalah para investor, negara China, TKA China, dan oligarki kekuasaan,” kata Marwan, Rabu (26/1/2022).
Sehingga, lanjutnya, wajar jika rakyat dan wakil rakyat menggugat dan menuntut kebijakan pro oligarki tersebut, termasuk klaim keuntungan 2 miliar dolar AS oleh Jokowi.
“Pertama, presiden mengatakan hilirisasi bijih nikel menjadi produk ekspor memberi nilai tambah 10 kali lipat. Ternyata mayoritas produk puluhan smelter China di Indonesia hanyalah hasil pemurnian yang menghasilkan barang setengah jadi,” ungkap Marwan.
kemudian, proses hilirisasi belum sampai ke proses forming dan fabrikasi guna menghasilkan produk siap pakai. Hal ini terjadi karena di satu sisi komitmen pemerintah rendah, dan di sisi lain karena dominannya peran China dan investor China yang menentukan “level” hilirisasi yang dapat diraih Indonesia.
“China mendikte Indonesia sesuai target produk akhir yang diinginkan, teknologi dan pasar yang dikuasai, serta dana yang dimiliki. Jika oknum-oknum pejabat dan konglomerat Indonesia mengikuti saja kemauan China ini, atau malah ikut berkolaborasi dan memanipulasi peraturan, maka target ideal nilai tambah hilirisasi nikel hingga 19 kali lipat hanya utopia,” bebernya.
Karena itu, nilai tambah atau pengganda yang diperoleh Indonesia hanyalah sekitar 3-4 kali saja, bukan 10 kali lipat seperti yang diungkapkan Jokowi. Nilai ini telah dikonfirmasi oleh LPEM-UI (2019).
“Faktanya, mayoritas produk smelter nikel Indonesia adalah berupa Nickel Pig Iron (NPI), Nickel Matte, Ferro Nickel, dan Nickel Hidroxite, serta sedikit hasil ‘forming’ berupa stainless steel. Karena masih jauh dari siap pakai, produk-produk ini diekspor ke China untuk proses fabrikasi,” jelas Marwan.
Ia melanjutkan, sesuai target yang ingin diraih China, proses hilirisasi maksimal hingga mencapai nilai tambah 19 kali, hanya terjadi di China. Hasil produksi hilirisasi di China ini menyebar ke seluruh dunia, termasuk diimpor kembali ke Indonesia sebagai bahan jadi.
Kedua, ternyata nilai tambah tangible 3-4 kali yang sudah rendah ini pun sebagian besar tidak masuk menjadi pajak atau PNBP, tetapi justru lebih banyak dinikmati China, investor China, konglomerat, dan TKA China.
“Berbagai insentif pajak dan fiskal terhadap proses ‘seperempat hilirisasi’ pada dasarnya memang telah didukung oleh berbagai aturan yang terbit guna menggalakkan investasi, sekaligus guna mendukung kepentingan oligarki,” ujar Marwan.
Sebagai contoh, untuk ekspor NPI dan Ferro Nickel dari Indonesia ke China, ternyata negara tidak memperoleh pajak karena pajak ekspor 0 persen, PPh 0 persen (karena insentif tax holiday) dan pemilik smelter tak perlu membayar PPN (VAT). Sedangkan negara China menikmati VAT sekitar 13 persen.
“Karena itu, penerimaan negara dari klaim keuntungan hilirisasi nikel yang oleh Presiden Jokowi disebutkan sebesar Rp 284 triliun (20 miliar dolar AS) menjadi sangat minimalis. Negara diperkirakan hanya mendapat pemasukan dari pembayaran royalti, PBB dan iuran tetap, yang jumlahnya sebenarnya sama besar dengan pemasukan tanpa program hilirisasi,” ungkap Marwan.
Sehingga, secara keseluruhan diperkirakan negara hanya akan memperoleh pemasukan sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun saja. Keuntungan terbesar justru dinikmati China, investror China, TKA China dan para anggota oligarki. [wip]