(IslamToday ID) – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengimbau kepada masyarakat penerima ganti rugi proyek Tol Solo-Jogja tidak menghambur-hamburkan uang tersebut.
Sejumlah masyarakat di Kabupaten Sleman mulai menerima ganti rugi proyek Tol Solo-Jogja dengan nilai yang cukup tinggi.
“Kalau saya, mereka harus beli tanah pengganti, jangan dihambur-hamburkan,” kata Sultan, Senin (31/1/2022).
Menurutnya, sikap menghambur-hamburkan dari hasil ganti rugi itu akan memiskinkan diri sendiri. “Itu akan miskin sendiri, memiskinkan dirinya sendiri, mestinya kehidupannya lebih baik,” ujarnya.
Sultan meminta ganti rugi itu bisa dimanfaatkan dengan maksimal, seperti membeli tanah atau investasi lain yang bisa menguntungkan di masa mendatang. “Kami hanya bisa mengimbau, semua kembali kepada mereka sendiri,” ucapnya.
Per Januari 2022, tim pembebasan lahan jalan Tol Solo-Jogja telah mencairkan Rp 2,4 triliun uang ganti rugi. Dari jumlah tersebut, separuhnya untuk membebaskan lahan di Klaten, Jawa Tengah.
Sesi I jalan Tol Solo-Jogja menghubungkan Kartasura (Sukoharjo)-Purwomartani (Sleman). Di antara sesi I jalan tol ini, terdapat lahan terdampak jalan Tol Solo-Jogja di wilayah Klaten. Luas tanah di Klaten yang terdampak jalan Tol Solo-Jogja berkisar 4.071 bidang atau 3.728.114 meter persegi.
Luas tersebut tersebar di 50 desa di 11 kecamatan. Masing-masing kecamatan yang akan dilintasi jalan tol, seperti Polanharjo, Delanggu, Ceper, Karanganom, Ngawen, Karangnongko, Klaten Utara, Kebonarum, Jogonalan, Manisrenggo, dan Prambanan.
Selain sesi I terdapat juga sesi II jalan tol Solo-Jogja, yakni menghubungkan Purwomartani-Gamping (Sleman). Sedangkan sesi III menghubungkan Gamping-Purworejo (Jawa Tengah).
Tim pembebasan lahan jalan Tol Solo-Jogja bertekad merampungkan pembebasan lahan di pengujung 2022 untuk memperlancar pembangunan fisik jalan tol tersebut.
Pesan Sultan itu seperti mengingatkan pada peristiwa warga Desa Sumurgeneng dan sejumlah desa di sekitarnya yang kaya mendadak setelah tanahnya dibeli oleh Pertamina untuk dijadikan kilang minyak Pertamina Rosneft, Februari 2021 lalu.
Warga yang mendapat ganti rugi hingga miliaran rupiah kemudian berbondong-bondong membeli mobil. Namun hampir setahun berlalu, sebagian warga yang awalnya kaya mendadak ternyata kondisinya kini sudah tak seperti dulu lagi.
Jangankan untuk membeli kendaraan baru, untuk kebutuhan sehari-hari sebagian warga mengaku kesulitan. Hal itu terungkap saat unjuk rasa warga enam desa di ring perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia, Senin (24/1/2022). Ada warga yang untuk makan saja harus menjual sapi miliknya. Mereka juga ada yang tidak lagi bekerja karena lahan sudah dijual. [ant/wip]