(IslamToday ID) – Kabar duka datang dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Mantan Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri meninggal dunia pada Jumat (18/2/2022).
“Telah berpulang ke rahmatullah guru kita, Ustaz Syuhada Bahri hari ini Jumat, 18 Februari 2022/17 Rajab 1443 H,” tulis akun Instagram resmi DDII @dewandakwahofficial.
“Semoga Allah SWT mengampuni semua kesalahan dan dosa-dosanya. Menerima seluruh amal dan kebaikannya,” tulisnya lagi.
Politikus PKS Hidayat Nur Wahid melalui akun Twitternya ikut menyampaikan belasungkawa. Hidayat berdoa semoga Allah mengaruniakan almarhum Husnul Khotimah.
“Turut berduka cita atas wafatnya KH Syuhada Bahri Lc, Ketua Umum DDII 2007-2015. Semoga Allah SWT karuniakan Husnul Khatimah, seluruh amal dan dakwah beliau diterima sebagai ibadah, diterima di sisi terbaik Allah SWT di Al Jannah…”
Dalam salah satu momen wawancara Republika dengan Ustaz Syuhada Bahri pada 2014 lalu, beliau menjelaskan peran utama Dewan Dakwah untuk umat Islam Indonesia. Menurutnya, peran yang paling utama itu membimbing dan mencerdaskan umat di dalam memahami agama Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.
“Artinya, tidak terlalu kanan dan juga tidak terlalu kiri, tetapi tengah-tengah. Kan orang-orang menilai ada Islam yang lugas, ada yang terlalu lembut, kalau kita nggak. Kita ingin memandu bahwa Islam itu mengajarkan tengah, keras lembut tergantung kondisi,” tuturnya ketika itu.
Lalu, apa yang dilakukan Dewan Dakwah untuk memenuhi peran tersebut? Ia mengatakan langkah awal dengan melakukan kaderisasi dai yang sering diistilahkan dengan membangun dai yang mempunyai iman sehingga lahir ikhlas, mempunyai ilmu sehingga lahir amal, mempunyai akhlak yang bisa melahirkan keteladanan, mempunyai wawasan kekinian yang bisa mendorong semangat dakwah. “Itu kriteria dai untuk membimbing dan mencerdaskan umat,” ujarnya.
Menurutnya, dalam pelaksanaan dakwah, secara umum para dai harus memperkuat keyakinan umat. Lalu, kedua, meningkatkan kemampuan pendidikan dan meningkatkan ekonomi. “Jadi, dakwah berbasis community development. Bukan cuma ngajar ngaji, tapi juga bertani, misalnya. Seperti di Mentawai, baru saja panen padi dari lahan 20 hektare,” jelasnya.
“Sekarang ini kita juga sedang mencoba sosialisasikan kompor hemat energi. Kompor itu tetap pakai kayu bakar, tapi bisa lebih hemat karena apinya fokus, beda dengan tungku. Selain kayu, bisa juga menggunakan sampah. Sekarang ini kita sedang mencari sponsor untuk kemudian kompor itu akan dibagikan secara cuma-cuma,” tambahnya.
Syuhada mengatakan Dewan Dakwah mencetak kader dai unggulan melalui Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir. Di sana mahasiswa pada tahun pertama diajarkan bahasa dan ibadah praktis termasuk tahajud dan puasa Senin Kamis.
Lalu, tahun kedua, pada hari Jumat, Sabtu, Ahad dititipkan ke masjid agar mengenal masyarakat. Tahun ketiga, dikirim ke pedalaman selama tiga bulan. Tahun keempat setelah S-1 bertugas ke pedalaman selama dua tahun.
“Kalau tidak menjalankan tugas, tidak dapat lulus diwisuda, ijazahnya tidak diberikan. Kemudian bagi yang berminat dan memiliki prestasi baik, bisa lanjut S-2 dan S-3. Selesai S-2, tugas lagi ke pedalaman selama satu tahun, baru kemudian S-3,” ujarnya. [wip]