(IslamToday ID) – Lembaga Indikator Politik Indonesia menyatakan tingkat kebebasan berekspresi masyarakat di Indonesia semakin rendah. Sebagian besar masyarakat merasa takut menyuarakan pendapat di era kepemimpinan Jokowi.
Dari survei lembaga tersebut, ditemukan hasil bahwa 62,9 persen masyarakat merasa takut untuk menyatakan pendapat di era Jokowi.
“Mayoritas setuju atau sangat setuju dengan pendapat bahwa saat ini masyarakat semakin takut untuk menyatakan pendapatnya 62,9 persen,” ungkap Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi seperti dikutip dari Kumparan, Selasa (5/4/2022)
Kemudian, ada 16,8 persen masyarakat yang menyatakan kurang setuju saat ini semakin takut berpendapat, yang tidak setuju sama sekali 4,6 persen, dan yang tidak menjawab 15,7 persen.
Burhan menerangkan, fenomena ini terjadi terutama sejak Pilpres yang membelah masyarakat di 2014, saat itu muncul istilah kadrun vs cebong.
“Jadi iklim ketakutan muncul, kemudian fenomena kriminalisasi menurut saya ini jadi semangat untuk revisi UU ITE,” ujar Burhan.
Ia menambahkan, Presiden Jokowi sempat meminta agar revisi UU ITE dilakukan, namun belum ada kemauan yang serius dari pemerintah dan DPR.
“Kalau kita korek ke belakang Jokowi sudah menyatakan revisi UU ITE, mana, sampai sekarang DPR belum. Kita ingatkan ada memori pemerintah dan DPR untuk merevisi UU ITE,” tandas Burhan.
Survei Indikator digelar 11-21 Februari 2022. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Toleransi kesalahan (margin of error/MoE) sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. [wip]