(IslamToday ID) – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji sepertinya sudah tidak bisa dihindari lagi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan sinyal untuk kembali mengerek harga BBM dan elpiji penugasan atau subsidi.
Seperti yang diketahui, kenaikan harga-harga energi sulit dihindari lagi tatkala harga minyak mentah dunia selama terhitung hampir dua bulan ini mengalami kenaikan yang tinggi atau nyaman di atas level 100 dolar AS per barel. Nah, Indonesia menjadi negara yang salah satunya terdampak karena merupakan negara net importir.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, ICP pada Maret mencapai 98,4 dolar AS per barel. ICP ini jauh di atas asumsi APBN yang hanya mengasumsikan sebesar 63 dolar AS per barel.
Begitu juga dengan harga elpiji internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco yang telah mencapai 839,6 dolar AS per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran 569 dolar AS per metrik ton.
Ia mengatakan, lonjakan harga minyak dan elpiji internasional ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah jangka pendek, menengah, hingga panjang.
Dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022), Arifin menyebut dalam jangka pendek, pemerintah berencana untuk melakukan penyesuaian formula elpiji subsidi tabung 3 kg, menerapkan penyesuaian tarif listrik untuk golongan pelanggan non subsidi (tariff adjustment), serta dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran elpiji dan juga bensin Pertalite (RON 90) dan solar.
1. Kenaikan Harga Pertalite-Solar
Arifin menyebut, pemerintah dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga Pertalite dan minyak solar sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia.
“Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah, akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti bahan bakar gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya,” ungkapnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (14/04/2022).
Seperti diketahui, harga bensin Pertalite dan solar subsidi pada periode 1 April 2022 ini tidak mengalami perubahan, di mana masing-masing masih dipertahankan pada Rp 7.650 per liter dan Rp 5.150 per liter. Sementara harga Pertamax (RON 92) sudah dinaikkan menjadi Rp 12.500 – Rp 13.000 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 – Rp 9.400 per liter.
Sedangkan harga solar non subsidi kini sudah dibanderol sebesar Rp 12.950 – Rp 13.550 per liter untuk jenis Dexlite (CN 51). Artinya, ada selisih setidaknya Rp 7.800 per liter dengan harga solar bersubsidi.
Sementara untuk jangka pendek, salah satu skenario yang akan dilakukan pemerintah yaitu menambah kuota BBM subsidi seperti solar, minyak tanah, hingga BBM khusus penugasan seperti Pertalite (RON 90).
Ia menyebut, kuota solar subsidi diusulkan bertambah sebesar 2,29 juta kiloliter (kl) menjadi 17,39 juta kl, minyak tanah bertambah 0,10 juta kl menjadi 0,58 juta kl, dan Pertalite bertambah 5,45 juta kl menjadi 28,50 juta kl.
“Beberapa langkah strategi dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia kami siapkan. Jangka pendek, kami mengusulkan perubahan kuota BBM jenis tertentu yaitu minyak solar, minyak tanah, dan JBKP Pertalite dan penyesuaian harga BBM non subsidi,” ungkapnya.
Ia menyebut, realisasi penyerapan Pertalite sampai 2 April 2022 telah mencapai 6,48 juta kl dari kuota 2022 sebesar 23,05 juta kl. Sementara solar subsidi sudah terserap 4,08 juta kl dari kuota tahun ini 15,10 juta kl.
Sedangkan elpiji subsidi sudah terserap 1,87 juta metrik ton dari kuota 8 juta metrik ton, dan minyak tanah sudah terserap 0,12 juta kl dari kuota 0,48 juta kl.
2. Kenaikan Harga Elpiji 3 Kg
Menteri ESDM Arifin Tasrif juga menyebut, dalam jangka pendek pemerintah akan melakukan penyesuaian formula elpiji 3 kg dan dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan APBN dan menjaga inflasi.
Menurutnya, langkah ini sebagai bentuk respons pemerintah atas melonjaknya harga minyak dan elpiji dunia. Ia menyebut, lonjakan harga minyak dunia juga turut memicu kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada Maret mencapai 98,4 dolar AS per barel. ICP ini jauh di atas asumsi APBN yang hanya mengasumsikan sebesar 63 dolar AS per barel.
Begitu juga dengan harga elpiji internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco yang telah mencapai 839,6 dolar AS per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran 569 dolar AS per metrik ton.
“Untuk menjaga ketersediaan elpiji dan mengurangi impor, dalam jangka pendek akan dilakukan peningkatan pengawasan pendistribusian elpiji 3 kg tepat sasaran, kerja sama dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum, dan melakukan uji coba penjualan dengan aplikasi MyPertamina di 34 kabupaten/kota di 2022, serta melakukan penyesuaian formula elpiji 3 kg,” tuturnya.
Sementara untuk jangka menengah, pemerintah akan melakukan substitusi kompor elpiji dengan kompor induksi (listrik), jaringan gas kota (jargas) yang diharapkan mencapai 1 juta rumah tangga per tahun.
Kemudian, mengubah skema subsidi yang kini berbasis pada komoditas menjadi subsidi langsung ke penerima. Serta, substitusi dengan Dimethyl Ether (DME) untuk mengurangi 1 juta metrik ton elpiji pada 2027.
“Dan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan APBN dan menjaga inflasi, serta percepatan program biogas,” ucapnya.
Ia menyebut, elpiji subsidi sudah terserap 1,87 juta metrik ton dari kuota 8 juta metrik ton. Namun sejauh ini belum ada rencana untuk menambah kuota elpiji 3 kg.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sinyal bahwa harga elpiji subsidi ukuran tabung 3 kg atau dikenal dengan gas melon juga akan mengalami kenaikan.
Ia mengatakan, rencana kenaikan harga elpiji bersubsidi ini akan dilakukan secara bertahap. Pasalnya, sejak 2007 harga elpiji bersubsidi ini tidak mengalami kenaikan.
3. Tarif Listrik Bakal Naik
Di hadapan Komisi VII DPR RI, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga memaparkan bahwa dalam jangka pendek, pihaknya pada tahun 2022 ini akan menerapkan tariff adjustment. Penerapan tariff adjustment sebagai cara menghemat kompensasi sebesar Rp 7-16 triliun.
Seperti diketahui, tariff adjustment adalah mekanisme mengubah dan menetapkan naik atau turunnya tarif listrik mengikuti perubahan empat parameter. Di antara parameternya adalah ekonomi makro rata-rata per tiga bulan, realisasi kurs rupiah, Indonesian Crude Price (ICP) atau harga batubara acuan, dan tingkat inflasi.
“Dalam jangka pendek penerapan tariff adjustment 2022 ini untuk dilakukan, ada penghematan kompensasi sebesar Rp 7-16 triliun,” terang Arifin.
Selain rencana penerapan tariff adjustment, dalam jangka pendek ini, Kementerian ESDM juga akan menerapkan efisiensi biaya pokok penyediaan listrik dan strategi energi primer PLN. Selain itu, optimalisasi pembangkit dengan bahan bakar sumber domestik PLTU dan PLT EBT. [wip]