ITD NEWS— Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Ketum PSSI), Mochamad Iriawan atau Iwan Bule beserta jajaran Eksekutif Komite PSSI didesak mundur.
Desakan mundur ini dikarenakan banyaknya jumlah korban akibat insiden penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10) lalu. Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Malang total korban mencapai 754 orang.
Dari jumlah tersebut diketahui ada 132 orang yang meninggal dunia. Lalu 596 orang dinyatakan luka ringan dan 26 orang lainnya mengalami luka berat.
Desakan agar jajaran PSSI mundur dari jabatannya ini disampaikan langsung oleh pemerintah melalui Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Mereka mendesak agar pihak PSSI memiliki kesadaran moral dan etik yang luhur dan berani mengundurkan diri.
“Secara normatif, pemerintah tidak bisa mengintervensi PSSI, namun dalam negara yang memiliki dasar moral etik serta budaya adiluhung, sudah sepatutnya Ketua Umum PSSI dan seluruh jajaran Eksekutif Komite mengundurkan diri,” tulis TGIPF dalam kesimpulan laporannya yang dilansir dari tvonenews (14/10/2022).
Hal senada juga disampaikan oleh anggota DPR Komisi I, Fadli Zon.Ia mengungkapkan seharusnya aksi mengundurkan diri mereka dilakukan beberapa waktu lalu, pasca kejadian.
“Seharusnya memang mundur dari waktu setelah kejadian,” ujar Fadli lewat akun twitter pribadinya @fadlizon pada Jum’at (14/10/2022).
Tuntutan agar Iwan Bule cs dari jabatan mereka di PSSI juga diserukan oleh Co-Founder Pandit Footbal Indonesia, Andreas Marbun. Jika jajaran PSSI tersebut berani mundur sebagai bentuk tanggungjawab mereka atas tragedi memilukan di Kanjuruhan maka aksi mereka akan menjadi pelajaran etik yang layak diteladani.
“Pelajaran etik buat bangsa kita terkait tragedi kemanusiaan yang terjadi hari ini adalah jajaran pengurus PSSI memang harus mundur beramai-ramai sebagai pertanggungjawaban atas tragedi ini,” ungkap Andreas dilansir dari detikcom (14/10/2022).
Andreas mengatakan akan sangat sulit meminta adanya perbaikan dalam dunia persepakbolaan Indonesia jika tak diawali oleh jajaran PSSI.
“Agak sulit membayangkan model perubahan dalam sepakbola, tentang perlunya solusi, perbaikan fundamental dalam pengelolaan sepakbola jika otoritas tertinggi dalam sepakbola Indonesia tidak mundur,” tandasnya. (Kukuh)