ITD NEWS (SOLO)— Gelaran malam puncak Napak Budaya Samanhoedi (NBS) ke-10 tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya. Pentas pagelaran Wayang Haji Samanhoedi yang bertema ‘Rekso Rumekso Bangkit’ akan menjadi pertunjukan utama.
“Penekanan (NBS ke-X) ini inovasi. Satu inovasi dalam batik, lomba (desain) batik, inovasi biasanya yang membatik putri sekarang kakung (laki-laki),” kata Ketua Pembina Yayasan Samanhoedi, Suwardi kepada ITD News saat ditemui di rumahnya,belum lama ini.
“Inovasi lagi, terbangan (alat musik rebana) itu dikolaborasikan dengan tari jadi satu pertunjukan tersendiri kemudian inovasi (pagelaran wayang Samanhudi),” jelasnya.
Ia adaah salah satu inovator dalam inovasi wayang Haji Samanhoedi. Sesepuh Kelurahan Sondakan yang biasa disapa dengan Mbah Wardi mengungkapkan tentang asal muasal cerita dalam pementasan wayang tersebut.
“Saya disuruh ngarang ceritanya, saya ambilkan cerita itu Rekso Rumekso Bangkit,” ungkap Mbah Wardi.
Mbah Wardi menjelaskan bahwa naskah wayang Haji Samanhoedi tersebut ditulisnya berdasarkan buku karya alumni Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI). Yaitu Sarekat Islam Surakarta 1912-1923.
“Adapun sumbernya yang pokok adalah dari tulisan Mas Adhytiawan Suharto, bukunya yang berjudul Sarekat Islam Surakarta 1912-1923, saya ambil untuk baku,” ujar Mbah Wardi.
“Karena penelitiannya jelas, metodis berdasarkan koran,” jelasnya.
Penggunaan sejumlah literatur buku dan naskah menjadi sangat penting bagi naskah wayang tersebut. Terutama untuk menjelaskan tokoh-tokoh yang sejaman dengan Haji Samanhoedi beserta karakter dari masing-masing mereka.
Tokoh-tokoh tersebut tidak hanya berasal dari kalangan wartawan namun juga kalangan priyayi. Ia dengan serius meneliti satu-persatu buku untuk bisa menggambarkan situasi zaman perjuangan para saudagar muslim saat itu.
“(Misalnya) buku bahasa jawa tentang biografi Patih Sosro Diningrat ke-IV mulai dari kecil,” tutur Mbah Wardi.
“Sudah dilatinkan ada versi bahasa jawa, dan versi bahasa Indonesia, itu patih keIV Surakarta, menjadi patih tahun 1890-an sampai 1916 pada waktu itu Pakubuwono X,” jelasnya.
Pementasan wayang dengan lakon di atas direncanakan akan dilakukan pada malam puncak NBS, yaitu Sabtu 15 Oktober 2022. (Kukuh)