(IslamToday ID) – Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan dilangsungkan di Solo, Jawa Tengah pada 18-20 November 2022. Dilaksanakan secara daring dan tatap muka, muktamar diperkirakan dihadiri ribuan penggembira dari seluruh Indonesisa.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan ada empat materi utama yang akan dibahas dalam muktamar menyangkut isu keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. “Poin-poinnya terutama yang berkaitan dengan isu-isu strategis keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal, meliputi beberapa tema utama,” katanya saat jumpa pers di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat (4/11/2022).
Materi isu keumatan meliputi fenomena rezimentasi paham agama, membangun kesalehan digital, memperkuat persatuan umat, dan reformasi tata kelola filantropi Islam.
Dalam isu kebangsaan, dibahas tema penguatan ketahanan keluarga, reformasi sistem pemilu, suksesi kepemimpinan 2024, evaluasi atas kebijakan deradikalisasi, memperkuat keadilan hukum, penataan ruang publik yang inklusif dan adil, memperkuat regulasi sistem resiliansi bencana, antisipasi aging population (penuaan populasi), dan memperkuat integrasi nasional.
Sementara, materi isu kemanusiaan universal terdiri atas membangun tata dunia yang damai dan berkeadilan, regulasi dampak perubahan iklim, mengatasi kesenjangan antar negara, dan menguatnya xenophobia.
“Materi-materi muktamar ini merupakan bagian dari upaya Muhammadiyah untuk sesuai dengan tema muktamar kita, memajukan Indonesia mencerahkan semesata, merupakan bagian tak terpisahkan dari bagaimana Muhammadiyah dapat berperan lebih besar lagi dalam ranah kehidupan kebangsaan dan dalam ranah gerakan-gerakan internasional,” ujar guru besar UIN IAIN Syarif Hidyatullah Jakarta ini.
Muktamar Muhammadiyah sedianya dilaksanakan dua tahap. Pada tahap pertama Sabtu (18/11/2022), sidang muktamar diselenggarakan secara daring. Tahap kedua pada Sabtu-Ahad (19-20/11/2022) sidang muktamar diselenggarakan secara luring yang berpusat kegiatan di Gedung Edutorium UMS.
Menurut Mu’ti, kombinasi daring dan luring ini pertama kali digunakan dalam sejarah muktamar di Muhammadiyah. “Muktamar secara luring dan daring ini pertama kali dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pertimbangannya karena memang kita masih dalam suasana pandemi. Pandemi ini belum usai jadi jangan abai,” pungkas Mu’ti. [wip]