ITD NEWS— Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan memberikan kritik pedas terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Narasi APBN jebol yang diikuti dengan naiknya pajak PPN jadi 11%, dan naiknya BBM dinilai sebagai kebohongan publik, faktanya APBN masih sisa Rp1.200 triliun.
“Ini jelas menunjukkan kegagalan pemerintah dalam mengelola keuangan negara,” kata Anthony lewat akun twitter pribadinya @ AnthonyBudiawan, 7 November 2022.
Anthony menyayangkan surplus APBN yang besar namun pada saat yang sama pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan PPN dan BBM. Fakta naiknya BBM menunjukkan bahwa narasi APBN jebol hanya sebagai bentuk pembohongan publik bahkan kejahatan kepada rakyat.
“Surplus APBN begitu besar tapi PPN dan harga BBM dinaikkan dengan alasan APBN AKAN JEBOL, yang terbukti hanya isapan jempol alias pembohongan publik, dan kejahatan kepada rakyat?,” ujar Anthony.
Peraturan Presiden (Perpres) No. 98/2022 menunjukkan total APBN RI sebesar Rp 3.106,4 triliun, tapi hingga 30 September 2022 pemerintah baru merealisasikan belanja sebesar Rp 1.913,9 triliun atau 61,6% dari total anggaran. Fakta ini menunjukkann bahwa penyerapan APBN sangat rendah, seharusnya anggaran tersebut bisa dialokasikann untuk kesejahteraan masyarakat.
“Tingkat penyerapan APBN begitu rendah, inflasi pangan sangat tinggi, pemerintah seharusnya membelanjakan APBN untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok bawah,” ucap Anthony.
“Tapi ini malah sebaliknya, menaikkan PPN dan harga BBM. Kok bisa pemerintah begitu jahat terhadap rakyatnya?,” imbuhnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan tentang kondisi APBN RI jelang akhir tahun 2022. Ia mengungkapkan tentang banyaknya anggaran yang tersisa, Rp 1.200 triliun.
“Daftar belanja kita ada Rp 3.000 triliun, kalau itu dieksekusi semuanya, itu masih ada Rp 1.200 triliun yang akan di-spend (dibelanjakan) dalam dua bulan ke depan. That’s really big money,” ucap Sri Mulyani dalam seminar Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dilansir dari cnbcindonesia (28/10/2022). (Kukuh)