ITD NEWS (SOLO)— Satu bulan yang lalu, sosok intelektual muda muslim, Andika Saputra ST, Msc berpulang ke Rahmatullah. Ia merupakan salah satu dosen muda di Program Studi (Prodi) Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Semasa hidupnya Andika mendedikasikan dirinya pada dunia arsitektur Islam. Ia tidak hanya aktif menjadi narasumber di berbagai seminar, diskusi dan forum-forum intelektual, ia juga aktif menuliskan gagasannya dalam berbagai bentukn mulai dari artikel jurnalistik, jurnal ilmiah hingga buku.
Berikut sejumlah karya intelektual Andika Saputra di bidang Arsitektur Islam dan sejumlah karya intelektualnya dalam bentuk makalah, jurnal serta materi seminar: Teori, Metode, dan Aplikasi Arsitektur Utsmani (2012), Tipologi Kubah Masjid di Masa Khalifah Islamiyah (2012), Arsitektur Permukiman Komunitas Muslim di Provinsi Bali (2013), Strategi Adaptasi Arsitektur Masjid di Provinsi Bali (2013), Ontologi Ilmu, Tarikan dan Tegangan Antara Barat dan Islam (2013), Dari Masjid Mengenal Diri; Pergulatan Identitas Dalam Ruang dan Wujud (2013),Strategi Adaptasi Arsitektur Masjid di Lingkungan Minoritas, Studi Kasus: Masjid-Masjid di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali (2013), Arsitektur Dalam Pemikiran Peradaban Ibnu Khaldun (2014),Arsitektur Permukiman Muslim-Bali (2015), Arsitektur Ruang Pendidikan Islam di Lingkungan Minoritas Muslim Sebagai Cerminan Dakwah Islam. Studi Kasus: Yayasan Anak Emas, Kota Denpasar, Provinsi Bali (2014).
Karya-karya intelektual dalam bentuk buku diantaranya ada Arsitektur Masjid Dimensi Idealitas dan Realitas yang ditulisnya bersama dengan Dr. Nur Rahmawati (2020), lalu Kemelut Pandemi Narasi Sains Islam, Dakwah, dan Masjid (2022).
Andika lahir di Denpasar, Bali pada 26 November 1987. Ia mengawali pendidikan dasarnya dari TK sampai dengan SMA di Tuban, Bali.
Minat arsitekturnya diawali dengan mengambil sebuah pendidikan khusus di Prodi Komputer Arsitektur, New Media College, Bali pada tahun 2006-2008.
Ia pun melanjutkan pendidikan S1 di Arsitektur di Universitas Warmadewa, Bali, dan berhasil lulus cumlaude (2008-2010). Selang setahun, Ia melanjutkan S2 Arsitektur di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta (2011-2014).
Sosok Andika Saputra meninggalkan kesan-kesan menyenangkan di mata semua orang yang mengenalnya. Berikut ini komentar dan keterangan tentang Andika Saputra dari rekan-rekan sejawat, guru dan kawan seperjuangannya.
Arsitektur Islam
Rektor UMS, Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si beberapa waktu lalu menceritakan kiprah dan kontribusi sosok Andika dalam dunia Arsitektur Islam. Ia aktif menyampaikan gagasanya baik di internal UMS maupun perguruan tinggi lain di Indonesia, terakhir menjadi pembicara seminar di UIN Alauddin Makassar pada 6 September 2022 lalu.
“Sering memberikan seminar sebagai narasumber, yang terakhir saya dengar memberikan seminar sebagai narasumber di (UIN) Makassar terkait dengan Arsitektur Islam, spesialis mas Andika ini Arsitektur Islam,” kata Prof. Sofyan beberapa waktu lalu.
Prof. Sofyan mnegungkapkan rasa duka dan kehilangan yang mendalam sangat dirasakan oleh UMS. Sosok Andika adalah akademisi muda yang wafat di usianya yang masih sangat muda.
“Dengan demikian UMS khususnya Fakultas Teknik dan lebih-lebih Fakultas Teknik Prodi Arsitektur kehilangan beliau usia masih dalam usia yang sangat muda,” ungkap Prof. Sofyan.
Ia juga menuturkan bagaimana sosok kepribadian Andika Saputra semasa menjadi dosen di UMS. Sosok yang sangat rajin, intelektual yang produktif dan menghasilkan sejumlah judul buku, bahkan seorang aktivis masjid.
”Mas Andika di kampus orang yang sangat rajin, aktif menulis bahkan ada karya bukunya terkait dengan Arsitektur Islam, aktivis masjid, kepribadiannya juga baik,” ujar Prof. Sofyan.
Arsitektur Profetik
Andika Saputra selain mendedikasikan dirinya sebagai akademisi di UMS, ia juga dikenal sebagai pencetus ‘arsitektur profetik’. Sebuah istilah baru untuk menggambarkan relasi antara arsitektur dan Islam.
Penjelasan tentang gagasan ‘arsitektur profetik’ ini diungkapkan oleh Rizki Lesus, salah satu rekannya yang juga Pegiat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB). Gagasan ‘arsitektur profetik’ terinspirasi oleh sosok cendekiawan muslim Prof. Kuntowijoyo.
“Prof. Kuntowijoyo begitu menginspirasi Mas Andika hingga menggagas istilah ‘arsitektur profetik’ dalam menjelaskan apa itu ‘arsitektur islam’,”ungkap Rizki dilansir dari JejakIslamnet, 21 Januari 2023.
“Arsitektur Profetik menurut Mas Andika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai lingkungan binaan yang merujuk pada kitab suci Islam dengan keharusan bagi umat Islam menjadikan Nabi sebagai teladan untuk mewujudkan misi historis Islam, meliputi humanisasi, liberasi, dan transendensi,” terangnya.
Rizki menambahkan tentang dua cendekiawan muslim lainnya selain Prof. Kuntowijoyo yang juga mempengaruhi pemikiran Andika Saputra. Mereka adalah Prof. Syekh Naquib Al Attas dan Prof. Madya. Sidi Gazalba.
Andika Saputra di mata Rizki yang juga merupakan alumni Arsitektur ITB telah memberikan warna baru dalam diskursus keilmuan ‘arsitektur Islam’. Bagi Rizki, almarhum Andika Saputra telah berusaha merumuskan makna arsitektur Islam yang berbeda dari dosennya di ITB, Dr. Eng Bambang Setia Budi.
“Dalam ‘Arsitektur Profetik; Suatu Pengenalan Istilah’ (2021), Mas Andika berusaha menawarkan alternatif pemaknaan apa itu arsitektur Islam yang ia catat telah didiskusikan oleh pakar arsitektur seperti Budi Faisal, Munichy Bachroon, Nangkula Utaberta, Spahic Omer, Aulia Fikriarini dan Luluk Maslucha, Bambang Setia Budi hingga Robert Hillenbrand,” ucap Rizki.
‘Juru Bicara’ Prof. Kuntowijoyo
Pengaruh cendekiawan muslim Prof. Kuntowijoyo juga diakui oleh Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), Ustadz Arif Wibowo. Ia membagikan sekelumit kisah dan pemikiran-pemikiran Andika Saputra yang termotivasi oleh Prof. Kuntowijoyo.
Ustadz Arif memberikan pujian khusus untuk almarhum Andika Saputra yaitu ‘Juru Bicara’ (Jubir) Prof. Kuntowijoyo. Andika adalah seorang intelektual yang mampu menghubungkan generasi muda kepada pemikiran-pemikiran Prof. Kuntowijoyo.
“Mas Andika ini pemikir yang unik, karena mas Andika bisa dikatakan sebagai juru bicaranya Kuntowijoyo kepada anak-anak muda,” ujar Ustadz Arif kepada ITD News pada Jum’at 20 Januari 2023 lalu.
Ikhtiar untuk menjembatani antara pemikiran Prof. Kuntowijoyo diwujudkannya dengan membentuk Sekolah Pemikiran Kuntowijoyo. Sekolah pemikiran ini diadakan bersama dengan kelompok diskusi SEED Institute, sebuah wadah intelektual yang dibinanya secara langsung.
“SEED Institute pernah mengadakan Sekolah Pemikiran Kuntowijoyo, dan saya pikir baru pertama kali, dan saya sendiri ikut sebagai perserta,” ungkap Ustadz Arif.
Salah satu gagasan intelektual yang lahir dari Prof. Kuntowijoyo adalah tentang ‘Generasi Muslim Tanpa Masjid’ yang banyak ditemukan di lingkungan perkotaan. Jika fenomena tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi krisis identitas di kalangan generasi muda muslim.
Kegelisahan inilah yang mendorong Andika Saputra giat mewacanakan agar masjid menjadi pusat kegiatan umat. Masjid harus kembali menjadi pusat pembinaan umat sebagaimana era Nabi Muhammad.
Ustadz Arif mengatakan salah satu diskusi terakhirnya bersama Andika Saputra ialah cara agar masjid bisa menjadi basis pengembangan pertanian organik. Pertanian organik banyak dipraktikkan oleh kalangan muslim namun belum berbasis masjid.
“Salah satu gagasan Kuntowijoyo itu kan bagaimana masyarakat Islam itu harusnya industrinya itu berbasis masjid,” kata Ustadz Arif.
“Pertanian organik digerakan masyarakat di wilayah-wilayah yang mayoritasnya muslim, (tapi) masjid malah belum punya pengaruh signifikan belum punya kontribusi signifikan,” imbuhnya.
Pertanian organik adalah cara untuk mendaulatkan petani. Apabila masjid menjadi pusat dari gerakan pertanian organik maka para petani muslim bisa berdaya.
“Kiprah gerakan pertanian organik untuk mendaulatkan petani. Seandainya masjid ini bisa digunakan sebagai sentral aktivitas dari masyarakat (pasti akan sukses). (Sebab) petani organik itu harus pertanian kolektif (berjamaah),” tandasnya.
Selain mengembalikan peran masjid di dunia pertanian, ia juga ingin agar masjid memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Masjid harus menjadi pusat pendidikan, memiliki universitas sebagaimana pada Masjid Nabawi yang memiliki para ahli suffah.
“Gagagsan mas Andika seperti itu, yang bener itu seharusnya bukan universitas punya masjid” kata Ustadz Arif kepada ITD NEWS saat ditemui di rumah duka di Perum Gading Regency 2, Ngabeyan, Kartasura pada Jum’at, 20 Januari 2023.
“Itu nanti masjidnya hanya untuk salat saja, tapi yang benar adalah masjid harus punya universitas sebagaimana dulu Masjid Nabawi itu punya ahli suffah,” jelasnya.
Ustadz Arif menilai sosok Andika Saputra adalah sosok yang imbang, sebagaimana sebuah buku karya Buya Hamka, ‘Kesepaduan Iman dan Amal Saleh’. Imbang dalam pengetahuan teoritis dan juga praktik.
“Kalau saya bisa ibaratkan, Mas Andika ini seperti salah satu judul buku Buya Hamka yang judulnya ‘Kesepaduan Iman dan Amal Saleh’. Jadi imbang antara nalar teoritis dan nalar praktisnya imbang,” tegasnya.
Keseimbangan ini membuat sosok Andika Saputra juga dinilai unik. Ia tidak hanya memahami pemikiran Kuntowijoyo tapi juga memiliki ketertarikan dengan pemikiran filosofis dari Syekh Naquib Al–Attas.
“Mas Andika juga mendalami pemikiran-pemikiran filosofis Syekh Naquib Al-Attas. Kalau pemikiran filosofis menghasilkan konsep-konsep yang teoritis, pemikiran pak Kunto ini mampu membimbing umat untuk merumuskan agenda-agenda praktis keumatannya,” tandasnya.
Meneladani Etos Intelektual Islam
Keteladanan sosok Andika Saputra disampaikan langsung oleh salah seorang kawan seperjuangannya, Ketua Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara, Ustadz Anton Ismunanto. Keduanya akrab sejak masih menempuh studi di UGM.
Anton mengisahkan tentang sosok Andika Saputra di matanya, almarhum adalah seorang pecinta ilmu, rajin membaca serta menulis. Ia akan menghabiskan waktunya hingga larut malam untuk melakukan berbagai aktivitas intelektual.
“Saya melihat beliau tekun, punya keredahan hati untuk bertanya dan belajar lalu menulis telaten kemudian sempet denger beliau kalau baca sampai malam hari lebih dari tengah malam. Tidur sebentar, lalu subuh enggak tidur lagi lalu kemudian beraktivitas pagi,” ucap Ustadz Anton.
Ustadz Anton berharap ‘kader-kader’ binaan Andika Saputra bisa menekuni jejak sang guru. Mereka melakukan dokumentasi, mengarsipkan, mendiskusikan dan menerbitkan karya-karya intelektual Andika Saputra.
“Saya berharap anak-anak SEED berkepentingan untuk mengumpulkan tulisan mas Andika, baik yang ada di facebook, maupun yang ada di di blog pribadinya dikumpulkan, diklasifikasikan, lalu syukur-syukur diterbitkan (didiskusikan) bersama hasil-hasil pemikirannya dicetak,” tegas Ustadz Anton.
“(Etos intelektual) jelas perlu diteladani oleh anak-anak didiknya di SEED di Arsitektur UMS, itu harus mencontoh intelektualisme mas Andika,” imbuhnya. (Kukuh/Tori)