(IslamToday ID) – Juru bicara Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya mengatakan semua partai politik (parpol) menggunakan politik identitas. Hanya saja, katanya, mereka malu-malu untuk mengakuinya.
Ia awalnya mengklaim istilah politik identitas telah disesatkan oknum tertentu sehingga selalu dipandang negatif oleh masyarakat, tidak terkecuali para intelektual.
“Siapa yang tidak pernah memakai politik identitas? Semua partai memakai. Ketika Pak Ma’ruf Amin (jadi Cawapres pendamping Jokowi di Pemilu 2019), apa sih pertimbangannya? Apa coba? Kan beliau bekas Ketua Umum MUI, itu politik identitas, dan itu biasa,” kata Mustofa dalam acara ‘Adu Perspektif’ dikutip dari Law-Justice, Jumat (24/2/2023).
“Tapi, (jika) yang melakukan itu adalah oposisi, di-bully 24 jam, 7 hari seminggu, 12 bulan setahun, 5 tahun dalam satu kali pemilu. Gak usah munafik, semua partai melakukan kok, cuma malu-malu kucing. Yang penting jangan mencuri identitas,” sambungnya.
Mustofa menyebut oknum yang melekatkan politik identitas dengan politik perpecahan adalah mereka yang justru membawa kebencian. “Yang mengungkap ini, merekalah yang membawa aura kebencian,” ujarnya.
“Bayangin ya semua partai melakukan politik identitas, tapi mereka hanya menyematkan pada agama tertentu, pada parpol tertentu. Makannya parpol Islam itu sejak awal sampai sekarang tidak pernah lebih,” pungkasnya.
Mustofa juga menilai istilah politik identitas sudah disesatkan dan diidentikkan dengan gerakan-gerakan Islam sehingga menjadi momok.
“Karena di Indonesia, istilah ini disesatkan oleh oknum tertentu sehingga menyesatkan banyak orang, dan banyak intelektual tersesat dengan istilah itu. Sebenarnya istilah itu biasa-biasa saja di sini,” ungkapnya.
“Semua kegiatan yang terkait dengan agama Islam distempel, disemati dengan politik identitas. Ini dijadikan momok oleh pihak-pihak tertentu,” pungkasnya. [wip]