(Islam Today ID) – Ekonom senior Rizal Ramli mengaku heran dengan klaim pemerintahan Joko Widodo terkait dengan kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat ini. Pasalnya, dari beberapa indikator, Indonesia justru jauh tertinggal dari tiga negara yang ada di Asean.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Rizal Ramli memposting sebuah grafis yang menunjukan perbedaan Indonesia dengan tiga negara yang ada di Asean yakni Malaysia, Vietnam dan Filipina.
“Katanya hebat, kok indikator-indikatornya jauh dibandingkan negara-negara ini? Memang hebatnya di slogan-slogan dan pidato-pidato doang,” tulis Rizal dalam unggahannya itu, pada Senin (27/2).
Dalam grafik itu menunjukan bahwa tahun 2021, rasio GDP dengan penerimaan pajak Indonesia hanya 9,1 persen. Jauh tertinggal dari Filipina yang mencapai 16,1 persen diikuti Malaysia 13 persen dan Vietnam 12,9 persen.
Pada tahun 2022, balance of payment (BOP) justru Indonesia defisit sebesar 1,3 miliar dolar AS. Sementara Malaysia surplus sebesar 3,4 miliar dolar AS, Vietmen surplus 1,5 miliar dolar AS dan Filipina surplus 600 juta dolar AS.
Sebelumnya, presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan makin optimistis bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh positif.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Mandiri Investment Forum 2023 kemarin, dikutip Kamis (2/2/2023).
“Saya dapat info tekanan global, tekanan ekonomi global terhadap ekonomi kita sudah agak mereda. Apa yang dulu kita takutkan banyak yang tak terjadi. Ini patut kita syukuri,” jelas Jokowi.
Sehingga apa yang ditakutkan dan banyak disebut Jokowi beberapa waktu kesempatan, seperti awan gelap hitam pekat yang bisa menghiasi ekonomi Indonesia tak akan terjadi.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2022 diyakini Jokowi dapat mencapai 5,2% hingga 5,3%, pertumbuhan yang dinilai akan menempati nomor 1 diantara negara-negara besar lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat positif mencapai 5,2%-53%,” ujarnya.
Dalam paparannya, Jokowi juga menyebut bahwa investasi pada 2022 sudah mencapai di atas target Rp 1.200 triliun atau tepatnya Rp 1.207 triliun. Pun pertumbuhan investasi kini juga sudah mulai merata di seluruh provinsi di Indonesia.
“Kemudian pertumbuhan itu 53% yang saya seneng ada di luar Jawa, 47% ada di Jawa. Artinya kita ini sudah tidak Jawa-sentris lagi, tapi Indonesia-sentris,” ujar Jokowi.
“Ini sangat-sangat baik karena hampir semua negara sekarang rebutan yang namanya investasi,” lanjutnya.
Eks gubernur DKI Jakarta itu lantas mengungkapkan alasan investor mau berinvestasi di Indonesia. Pertama dan utama adalah pemerataan infrastruktur tidak hanya di Jawa, melainkan juga di luar Jawa.[MU]