(IslamToday ID) – Bakal calon presiden (Capres) dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengatakan kata perubahan semestinya tidak dimaknai bahwa hal-hal yang sudah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya dihilangkan.
“Perubahan, saya ingin garis bawahi, bukan berarti menghilangkan yang kemarin. Kadang-kadang, kalau kita mendengar kata perubahan berarti hilang,” kata Anies dalam acara ‘Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh KAHMI’ di Ancol, Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Menurutnya, ada empat bagian dalam perubahan, yakni apa yang harus dilanjutkan, dikoreksi, dihentikan, dan yang harus dilakukan. Ia mengungkapkan, pemilu yang digelar selama lima tahun sekali merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk berhenti sejenak dan menentukan arah ke depan.
Anies mengibaratkannya dengan sebuah perjalanan kelompok pramuka atau pecinta alam yang dalam perjalanannya akan berhenti dalam periode tertentu untuk membuka kompas dan memastikan mereka masih berada di jalan yang benar.
“Negara ini pun begitu, setiap lima tahun berhenti sejenak, bukan untuk membandingkan dengan 2-3 periode kemarin, tapi untuk membandingkan arah yang kita tempuh masih sama dengan cita-cita negeri ini,” kata Anies dikutip dari Kompas.
Ia pun berpandangan bahwa pemimpin di masa mendatang seharusnya memastikan tercapainya tujuan negara yang disusun oleh pendiri bangsa, yakni mewujudkan keadilan sosial.
“Jadi, titik berangkatnya itu UUD 45 dan titik ujungnya adalah keadilan sosial. Jadi, ketika kita melihat titik ke depan itu bukan semata-mata membuat garis lurus dari yang kemarin, bukan,” ujar Anies.
“Sering sekali ketika kita berbicara seakan-akan pertanyaan mau melanjutkan atau tidak melanjutkan, justru ini adalah kesempatan untuk menarik garis dari arah awal republik ini,” ujarnya lagi.
Terkait tudingan mencuri start kampanye, Anies membantahnya. Ia menilai frasa “mencuri start” yang sering disematkan kepada pihaknya yang lebih dulu berkampanye tidak tepat.
“Hari ini yang kita miliki sesungguhnya bukan mencuri start. Kalau mencuri start itu kesannya seperti nengok kanan kiri nyari kesempatan nyelonong, bukan,” kata Anies.
Ia lebih senang menyebut kegiatan safari politiknya sebagai head start atau diibaratkan sebagai kelas akselerasi saat sekolah. “Ini adalah head start, bukan mencuri start. Head start itu artinya seperti kita sekolah saja, kelas 5 enggak usah lewat kelas 6, langsung kelas 1 SMP. Kalau di kita namanya akselerasi,” ujar Anies.
Ia lantas mengatakan, tak semua mampu menjalani kelas akselerasi karena mengambil tugas lebih dulu sebelum diperintahkan. Itulah sebabnya, kata Anies, kelas akselerasi hanya diambil oleh siswa yang memiliki kecukupan kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih.
“Akselerasi itu yang baik-baik saja, akselerasi. Akselerasi itu tiga partai ini, tiga partai ini melakukan akselerasi,” kata Anies.
“Hanya mereka yang siap yang memutuskan bergerak lebih awal,” tambahnya. [wip]