(IslamToday ID) – Mabes TNI menyatakan kondisi kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua sudah terjepit seiring dengan digelarnya operasi penyelamatan terhadap pilot Susi Air Kaptain Philip Mark Merthens di Nduga, Papua Pegunungan.
“Kita tidak lagi bisa percaya mereka (KKB). Mereka yang menyerang loh, yang mendahului mereka bukan kita. Dan sekarang kondisinya terjepit,” kata Kapuspen TNI Laksda Julius Widjojono, Ahad (23/4/2023).
Ia menduga hingga kini sudah ada beberapa anggota KKB yang tewas saat baku tembak di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan dengan pihak TNI.
“Iya, bayangkan 36 orang (prajurit TNI) itu kira-kira, menembak nggak dari ratusan peluru yang dibawa. Kan pasti menembak. Nah, dari mereka pasti ada yang mati, tetapi mereka tidak menyebutkan itu, KST (kelompok separatis teroris) tidak menyebutkan,” jelasnya.
Selain itu, saat proses evakuasi Pratu F yang diangkat dari jurang sedalam 140 meter tidak ada lagi potensi serangan. Masifnya propaganda dan hoaks yang disebarkan KKB pun jadi indikasi mereka mulai terjepit.
“Nah, ini tim bisa mengevakuasi yang kedalaman jurang 140 kalau situasi tidak aman kan tidak mungkin. Pasti diserang kan. Iya kan benar, jadi mereka sudah terjepit, sudah bubar kocar-kacir,” katanya dikutip dari CNN Indonesia.
“Indikator lain mereka sebar hoaks sebanyak-banyaknya, makin masif. Kemudian minta dukungan galangan pihak dalam atau luar. Itu ciri pihak yang sedang panik,” imbuhnya.
Julius juga meminta KKB menurunkan senjata dan segera menyerahkan pilot Susi Air. Ia juga meminta masyarakat tidak terhasut propaganda dan memisahkan diri dari KKB.
“Untuk kelompok KST, segera serahkan pilot. Lepaskan senjata, kita bangun Papua yang lebih humanis dan bermartabat. Masyarakat Papua yang mencintai NKRI untuk segera memisahkan diri dari kelompok mereka. Karena masih ada kabupaten-kabupaten yang masih cukup aman,” pungkasnya.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebelumnya mengatakan status operasi di Nduga, Papua Pegunungan ditingkatkan menjadi siaga tempur imbas serangan KKB. Yudo menegaskan peningkatan status operasi itu diperlukan saat ini.
“Dari awal saya sudah katakan kita akan melakukan operasi penegakan hukum, yakni dengan cara soft approach. Tapi dengan kondisi seperti ini, khususnya di daerah tertentu, ya kita ubah operasinya menjadi operasi siaga tempur,” kata Yudo, Selasa (18/4/2023).
Ia menjelaskan peningkatan status operasi ini untuk meningkatkan naluri bertempur prajurit. Ia lalu membandingkan status operasi yang dilakukan di Laut Natuna.
“Jadi kalau TNI di Laut Natuna itu operasi siaga tempur laut. Nah kalau di sini ada operasi siaga tempur darat. Artinya, ditingkatkan dari soft approach menjadi operasi siaga tempur. Agar apa, pasukan kita terbangunnya naluri tempurnya,” tegasnya.
Namun, Yudo menuturkan operasi humanis tetap dilakukan untuk seluruh masyarakat Papua. Hal itu dilakukan untuk bersama-sama TNI dan masyarakat menjaga keamanan. “Saya jelaskan, operasi humanis itu bukan untuk KKB. Itu untuk semua masyarakat Papua di daerah operasi. Tapi kalau KKB melakukan kontak tembak kita humanis, ya habis kita,” pungkasnya. [wip]