(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung menyatakan koalisi seharusnya mendikte keadaan, bukan keadaan yang mendikte koalisi. Maksudnya, saat ini koalisi partai politik (parpol) malah mengikuti arus pergerakan politik, bukan koalisi yang menentukan apa keputusan yang harus diambil secara mandiri.
“Jadi apa yang kita sebut koalisi sebetulnya hanyalah upaya untuk saling mengintip, saling mengintai, kan itu dasarnya,” kata Rocky dalam diskusi bertajuk ‘Menakar Peluang Capres dan Format Koalisi Parpol 2024’ dalam siaran YouTube Gelora TV, dikutip Kamis (4/5/2023).
Ia menyebut, koalisi partai politik saat ini terlihat plin-plan. Apalagi saat Jokowi bermain dengan endorse tokoh bakal calon presiden dengan asal koalisi yang berbeda-beda.
“Jadi dari awal koalisi ini adalah barang busuk di dalam demokrasi di Indonesia, di tempat lain itu gak ada,” katanya dikutip dari Kompas.
Menurut Rocky, di negara lain koalisi partai politik akan menuntun secara koheren dan konsisten tokoh politik yang diusung mereka untuk maju dalam pencalonan. Sedangkan di Indonesia, ujarnya, keputusan yang dihasilkan dari koalisi malah menunggu sinyal dari seseorang yang bukan anggota koalisi.
“Kalau saya tanya, Pak Jokowi anggota koalisi mana, KIB? Oh iya, tapi dia endorse juga yang bukan anggota koalisi KIB,” ujarnya.
Untuk diketahui, semalam Presiden Jokowi mengumpulkan enam ketua umum partai politik di tengah dinamika koalisi yang terus menghangat. Keenam ketum parpol itu yakni Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Plt Ketum PPP Mardiono, dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar.
Meski sejumlah ketum parpol menolak adanya pembahasan politik, namun pertemuan ini diyakini adalah salah satu cara Jokowi untuk menanamkan pengaruh terkait pembentukan koalisi yang kini tengah terjadi. Jokowi juga kerap menyatakan dukungannya terhadap sejumlah bakal Capres di sejumlah kesempatan. [wip]