(IslamToday ID) – Nama putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid belakangan “santer” dikabarkan menjadi kandidat kuat bakal calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilu 2024 nanti.
Baru-baru ini, Yenny Wahid di depan awak mediapun mengaku siap apabila dirinya diminta untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024 nanti.
Ada dua partai yang sudah mengatakan dukungan kepada Yenny, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem). Meski demikian, putri GusDur itu, belum mengambil keputusan akan berlabuh dengan partai mana.
Menanggapi nama Yenny Wahid yang belakangan santer, Slamet orang dekatnya Yenny Wahid, menilai putri ke 2 Gus Dur itu sangatlah tepat menjadi kandidat kuat bakal Calon Wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2024.
Telebih, menurut Slamet, Yenny Wahid adalah sosok yang nantinya mampu menyatukan bangsa seperti Alm ayahnya Gus Dur.
“Mbak Yenny itu sosok yang humanis seperti Alm Gusdur, Gusdur itu bisa di terima di semua kalangan baik dari kalangan NU, non NU bahkan dari semua kalangan non Islam,” ujar Slamet salah satu aktivis Gusdurian lewat keterangannya, Jum’at (11/8/2023).
Slamet mengaku belum mengetahui siap sosok yang nantinya akan di dampingi Yenny Wahid pada Pilpres 2024, jika nantinya ada sosok bakal calon presiden yang meminangnya.
“Ya, bahasanya Mbak Yenny hanya siap menjadi cawapres, belum menentukan sosok,” kata Slamet yang pernah ikut serta dalam sosialisasi kampung damai bersama Wahid Foundation.
Yenny Wahid merupakan politikus Indonesia dan tokoh Nahdlatul Ulama. Pemilik nama Zannuba Ariffah Chafsoh ini lahir pada 29 Oktober 1974.
Sosok yang karib disapa “Mbak Yenny” ini adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Gus Dur dan Sinta Nuriyah. Kakaknya bernama Alisa Wahid sedangkan dua adiknya, Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Yenny Wahid merupakan alumni SMA Negeri 28 Jakarta pada 1992. Setamat SMA, kemudian dia melanjutkan Pendidikan di Jurusan Desain dan Komunikasi Visual, Universitas Trisakti. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Yenny memutuskan menjadi wartawan koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age.
Karya liputannya pun pernah mendapatkan anugerah Walkley Award, penghargaan bergengsi dari Australia untuk karya jurnalistik.
Yenny memutuskan berhenti menjadi wartawan setelah ayahnya terpilih menjadi presiden RI ke-4 pada 1999. Sejak itu, ke mana pun Gus Dur pergi, Yenny selalu mendampingi dengan posisinya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik. Itu ia lakukan mulai 1999-2001.
Semasa pemerintahan SBY, Yenny sempat menjadi staf khusus bidang komunikasi politik selama satu tahun. Dia akhirnya mengundurkan diri karena perbedaan kepentingan dengan jabatannya sebagai Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB.(hzh)