(IslamToday ID) – Ekonom senior INDEF Faisal Basri menyatakan meskipun pemerintah melarang ekspor biji nikel per 1 Januari 2020, namun jutaan biji nikel dari dalam negeri berpindah ke negara China.
Berdasarkan data International Trade Centre (ITC), tercatat setidaknya 5,3 juta ton biji nikel diekspor ke Negeri Tirai Bambu. Dengan kata lain, terjadi dugaan penyelundupan jutaan ton biji nikel yang diekspor oleh Indonesia ke China.
“Sumbernya dari mana? Dari ITC, enggak perlu kita tanya Bea Cukai China, jadi di Internasional Trade Center (ITC) itu ada datanya. Data tahun 2020 masih mengalir biji nikel China, ini yang formal loh, ada di data formalnya 3,993 juta ton, 4 juta ton lah ya, persisnya 3.993.000 ton. Nah 2021 masih ada 839.000 ton. Tahun 2022, 1.870.000 ton. Kalau dijumlah 5,3 juta (ton),” ungkap Faisal dalam podcast Bambang Widjoyanto bertajuk ‘Soal Hilirisasi Nikel, Faisal Basri Bongkar Data Di Sini!’ dikutip Senin (14/8/2023).
Ia mengaku, pihaknya sudah menyerahkan data dugaan penyelundupan jutaan biji nikel yang diekspor ke China tersebut langsung kepada KPK hingga kementerian terkait, dalam hal ini Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
“Saya sudah share ke KPK juga, sudah sampaikan setidaknya ke dua menteri secara langsung. Tatkala bertemu, saya kasih dokumen kertasnya, fisiknya, supaya diskusinya lancar. Dengan Pak Luhut saya bertemu tahun 2021 November. Saya tunjukkan data selundupannya,” kata Faisal dikutip dari RMOL.
Namun begitu, ia menyayangkan Kemenko Marves justru berkilah atas adanya dugaan penyelundupan jutaan biji nikel ke China. Anak buah Luhut berkilah bahwa itu bukan penyelundupan, melainkan masa transisi.
“Staf deputinya mengatakan belum tentu selundupan, boleh jadi ini transisi, kan diumumkan tahun 2020 mungkin ada transisi, waktu diumumkan nikelnya sudah di pelabuhan, gitu-gitu lah. Tapi intinya menyangkal penyelundupan itu,” sesal Faisal.
Padahal, lanjutnya, data yang dimilikinya sama dengan data Kemenko Marves. Yakni dari Internasional Trade Center (ITC) itu ada bahwa tercatat biji nikel telah diekspor Indonesia ke China.
Meskipun ironis, pada Badan Pusat Statistik (BPS) justru tidak ada sama sekali data ekspor biji nikel Indonesia ke China. “Datanya sama, data saya dengan data kantor Pak Luhut, sama. Sumbernya dari mana? Dari ITC. Pakai data BPS? Nol datanya. Nah, tapi kan kita bisa lihat juga impor China dari Indonesia, dari Bea Cukai China. Nah di situlah keluar (datanya),” pungkasnya. [wip]