(IslamToday ID)— Sekretaris Kementerian BUMN 2005-2010 yang juga analis kebijakan publik, Dr. Ir. Muhammad Said Didu, IPU memberikan sentilan keras ke pemerintah yang mati-matian membela investor China. Kasus bentrokan aparat di Pulau Rempang, Batam contoh kasus terbaru.
Said Didu menjelaskan proyek kilat ‘Rempang Eco City’, mulai dari kunjungan Presiden Jokowi ke China pada bulan Juli, lalu menjadi proyek strategis nasional (PSN) pada bulan Agustus. Puncaknya pada September penggusuran dilakukan dan akhir September, Rempang harus dikosongkan.
“Adakah yang secepat itu terjadi? Kalau bukan karena negara ini sudah diambil alih oleh investor dalam dan luar negeri,” kata Said Didu dalam video di channel youtube @ManusiaMerdeka-MSD ‘Investor Bisa Mudah Mengelabui Kita & Mereka Bisa Saja Jadi Penjajah’ edisi Ahad, 17 September 2023 yang dikutip pada Senin (18/9/2023).
Peristiwa mencekam di Rempang akibat masuknya ribuan aparat hanyalah tindak lanjut dari perintah dari pemerintah pusat. Masyarakat Rempang dibuat ketakutan dan merasa terintimidasi dengan banyaknya aparat gabungan yang diterjunkan.
Said Didu mengungkapkan deretan pernyataan terkait investasi diantaranya intruksi Presiden Jokowi kepada Kapolri untuk mencopot kapolda yang tak mengawal investasi. Kemudian pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan yang akan ‘membuldoser’ mereka yang menghambat investasi.
“Kalau Rempang hanya pelaksanaan daripada intruksi tertinggi dari pemimpin negeri ini,” ujar Said Didu.
Ia juga menyinggung pernyataan-pernyataan pro investor dan anti rakyat yang disampaikan oleh dua menteri Kabinet Indonesia Maju, Hadi Tjahjanto (Menteri ATR/ Kepala BPN) dan Mahfud MD (Menko Polhukam).
“Menko Polhukam, Prof Mahfud MD (mengatakan) ‘Rempang bukan penggusuran tapi pengosongan lahan,’ bayangkan seorang profesor, doktor bisa berkamuflase dengan kata-kata demi pembenaran,” kata Said Didu miris.
“Lalu mantan Panglima TNI, Menteri ATR menyatakan ‘mereka tidak punya sertifikat.’ Mana ada tanah adat punya sertifikat,” tandasnya.
Said Didu menegaskan peristiwa di Rempang yang terjadi merupakan puncak gunung es atas permasalahan investasi di Indonesia. Peristiwa serupa telah banyak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia sebut saja Morowali, Sangihe, Maluku Utara tempat sejumlah pertambangan nikel dan emas belum lagi di wilayah lainnya di Kalimantan.
“Rempang ini puncak gunung es yang banyak terjadi di tempat lain Morowali, Sangihe, Maluku Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Barat,” tegas Said Didu. [khs]