(IslamToday ID) – Warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) kembali menggelar aksi demonstrasi menolak rencana penggusuran dan menolak rencana konsultasi publik penyusunan dokumen amdal kawasan Rempang Eco City, Sabtu (30/9/2023).
Aksi ini dilakukan bertepatan dengan rencana pemerintah yang menggelar kegiatan Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Amdal Kawasan Rempang Eco City di kantor Camat Kecamatan Galang yang digelar hari ini.
Dalam keterangan resmi yang diterima, warga yang didominasi oleh ibu-ibu turun ke jalan menyatakan penolakan di Kampung Sei Buluh, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang. Mereka bersuara dan membentangkan pelbagai tulisan yang menyatakan ekspresi penolakan.
Warga turut serta melantunkan shalawat. Terlihat pula tulisan “Kami Warga Kampung Sei Buluh Pulau Rempang Menolak Adanya Konsultasi Amdal dan Dengan Tegas Menolak Relokasi Ataupun Digeser”.
Salah satu warga, Hasmahniah (49) mengatakan, mereka bertahan demi kampung, tempat tumbuh dan berkembangnya anak-anak. Kampung, lanjutnya, diwariskan oleh para orang tua mereka.
Atas dasar itu, Hasmahniah memastikan warga terus bersuara dengan menyerukan penolakan dengan berbagai rupa ekspresi. Ia berharap dapat menyentuh hati yang terkait dengan rencana pengembangan Pulau Rempang ini. “Kami terus menolak, kami sudah turun-temurun di sini,” katanya.
Tidak hanya di satu kampung saja, di beberapa kampung seperti Sembulang Hulu, Pasir Panjang, Belongkeng dan kampung-kampung lain di Pulau Rempang juga melakukan aksi penolakan.
Warga juga menyatakan sikap menolak kegiatan Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Amdal Kawasan Rempang Eco City ini.
Diketahui, warga Rempang, Kepulauan Riau terancam harus meninggalkan tempat tinggalnya karena akan ada pembangunan PSN Rempang Eco City.
Proyek yang dikerjakan oleh PT Makmur Elok Graha (MEG) itu akan menggunakan lahan seluas 7.572 hektare atau sekitar 45,89 persen dari total luasan Pulau Rempang 16.500 hektare untuk proyek tersebut.
Ribuan warga itu tak terima harus angkat kaki dari tanah yang sudah ditinggali jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Bentrok pun tak terelakkan. Pada 7 dan 11 September 2023, bentrokan sempat pecah. [wip]