(IslamToday ID) – Korban tewas karena perang antara Palestina-Israel terus bertambah. Data terkini jumlah korban tewas dari kedua pihak mencapai 1.908 orang. Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa (10/10/2023) lalu menyampaikan korban meninggal dunia di Gaza mencapai 900 orang, dan 4.500 orang terluka.
Di sisi Israel seperti disampaikan Kedutaan Besar Israel di Amerika Serikat (AS), setidaknya ada 1.000 orang tewas akibat perang tersebut, dan korban luka mencapai 3.000 orang.
Korban jiwa akibat perang tak berkesudahan antara Israel dan Palestina menarik perhatian banyak pihak, termasuk dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan pernyataan terkait perang yang terjadi di Israel dan Palestina tersebut. Dalam sikap resminya, PBNU menyoroti peran Dewan Keamanan (DK) PBB.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, PBB seharusnya tak bersikap pasif atas perang Palestina-Israel. Ia juga meminta anggota Dewan Keamanan PBB untuk tidak berpihak pada salah satu negara saja dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
“Menyerukan kepada anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk tidak menggunakan hak veto dalam membela satu pihak dalam tragedi kemanusiaan yang berkepanjangan tersebut,” ujar Gus Yahya dikutip dari Kompas, Kamis (12/10/2023).
Di sisi lain, PBNU juga menyerukan agar masyarakat internasional bisa bertindak lebih tegas terhadap upaya penyelesaian konflik di Israel dan Palestina.
Kritik keras kepada PBB untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel juga disuarakan PP Muhammadiyah. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, sudah 78 tahun PBB berdiri dan menyelesaikan banyak konflik negara-negara yang berperang. Akan tetapi, ketika dihadapkan dengan kasus Israel-Palestina, PBB seperti tak berdaya.
“Fungsi PBB itu semacam impotensi,” ujar Haedar saat konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/10/2023).
Ia juga mengkiritk negara-negara maju yang seringkali mengangkat isu HAM internasional. Tetapi, saat dihadapkan pada tragedi kemanusiaan di Israel dan Palestina, negara maju tersebut abai terhadap pelanggaran HAM yang terus berulang.
“Jadi, kesimpulan kami sebenarnya keadaban modern dan kesadaran akan perdamaian, hak asasi manusia, dan demokrasi ini sudah di lorong gelap atau buntu dari peradaban modern,” kata Haedar.
PP Muhammadiyah juga mengeluarkan pernyataan resmi terkait dengan perang Palestina-Israel yang berisi tujuh poin, salah satunya desakan kepada PBB mengambil langkah konkret untuk menghentikan perang kedua negara tersebut.
“Mendesak kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah politik dan diplomatik dengan melibatkan pihak-pihak terkait,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Rabu (11/10/2023).
“Khususnya Israel-Palestina untuk menghentikan perang, melakukan gencatan senjata, dan melakukan perundingan damai,” lanjutnya. [wip]