(IslamToday ID) – Analis politik dari Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menilai jamuan makan siang yang dilakukan Presiden Jokowi kepada tiga bakal capres di Istana Merdeka pada Senin (30/10/2023) tak lebih dari sekadar gimmick (kemasan) politik. Tak heran kalau akhirnya publik sulit meyakini Jokowi akan netral pada Pemilu 2024.
Ia meyakini pertemuan itu juga tidak akan mampu menurunkan tensi politik nasional yang semakin panas pasca keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi (MK) meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai salah satu bakal cawapres.
“Bagi publik jamuan makan siang itu hanya gimmick politik yang tidak mampu menurunkan tensi politik yang sangat tinggi pasca skandal MK yang kini sedang disidangkan oleh Majelis Kehormatan MK,” kata Ginting, Rabu (1/11/2023).
Menurutnya, upaya Jokowi menunjukkan keakraban dengan tiga bakal capres, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, tidak mampu membuat publik lupa terhadap keputusan MK yang terindikasi menjadi skandal politik.
“Mestinya jamuan makan itu dilakukan sebelum adanya skandal (putusan) MK. Sehingga semua calon presiden tidak terbebani dengan keputusan yang memalukan bangsa,” kata Ginting.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu menyebut, jamuan makan siang di Istana yang hanya mengundang tiga capres terlihat janggal. Karena tidak menghadirkan bakal cawapres.
Mestinya, tegas Ginting, tiga bakal cawapres yakni Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan Gibran Rakabuming Raka juga hadir dalam acara itu.
“Dari sini saja terlihat, Presiden Jokowi tidak sanggup jika anak sulungnya hadir dalam kapasitas sebagai cawapres. Publik akan tertawa, karena nepotisme politik tempatnya justru ada di Istana,” tuturnya.
Lebih jauh, dari posisi duduk dalam jamuan makan siang itu juga bisa dibaca secara semiotika politik. Jokowi diapit Prabowo di sebelah kiri, sebelah kanan Ganjar, dan di seberangnya Anies.
“Posisi duduk Prabowo lebih dekat ke Jokowi. Ganjar agak menjauh ke kanan. Sedangkan Anies ditempatkan di seberang. Artinya Anies memang berseberangan dengan pemerintahan Jokowi,” jelas Ginting.
Selain itu, ia melihat Prabowo terlihat seperti menanggung beban, terlihat dari wajahnya yang tegang. Sedangkan Ganjar dan Anies tersenyum tanpa beban. Bagi Ganjar dan Anies kalah dan menang dalam Pilpres 2024, mungkin sudah masuk dalam perkiraan mereka. Tapi bagi Prabowo, pilpres kali ini tidak ada jalan selain harus menang.
“Apalagi bagi Jokowi, anak sulungnya Gibran bin Jokowi harus menang dalam Pilpres 2024. Termasuk anak bungsunya Kaesang Pangarep bin Jokowi yang menjadi Ketua Umum PSI harus bisa lolos ke Senayan (DPR),” katanya.
“Maka publik pun tak yakin Presiden Jokowi akan bisa bersikap netral dalam Pilpres 2024,” lanjut Ginting. [wip]