(IslamToday ID) – Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan partainya masih menganggap Presiden Jokowi sebagai kadernya. Hal ini dikatakan meski faktanya keluarga Jokowi mendukung Prabowo Subianto yang merupakan rival di Pilpres 2024.
Awalnya Djarot mengapresiasi PAN yang sempat berada di luar koalisi pemerintah Jokowi pada periode 2014-2019. Namun, kader PAN, Asman Abnur, sempat masuk ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH) Jokowi-Jusuf Kalla (JK).
Kemudian, memasuki Pilpres 2019, PAN berpisah dengan koalisi Jokowi karena mendukung Prabowo Subianto. Saat itu, Asman Abnur mundur dari kursi Menpan-RB.
“Saya mengapresiasi sebetulnya PAN 2014 sampai 2019 di luar (pemerintahan), terakhir masuk tapi hebat, ketika itu mundur, saya kenal sama Menpan-RB,” kata Djarot di diskusi Adu Perspektif DetikCom bersama Total Politik, dikutip Kamis (16/11/2023).
Waketum PAN Yandri Susanto yang hadir dalam diskusi membenarkan bahwa PAN pamit ke Jokowi. Hal itu karena PAN berbeda perahu di Pemilu 2019. “Jadi karena tidak satu perahu dengan Pak Jokowi di Pilpres kita keluar, pamit kita,” kata Yandri.
Lalu, Djarot menjawab PDIP masih di dalam pemerintahan Jokowi periode 2019-2024. Ia mengatakan sikap itu diambil karena PDIP masih menganggap Jokowi sebagai kader dan presidennya.
“Kami tetap di dalam lho, beda lho. Kita tuh masih menganggap, melihat Pak Jokowi itu kader PDI Perjuangan,” ujar Djarot.
Di dalam diskusi, Djarot mengatakan PDIP tidak menjadi oposisi pemerintahan Jokowi di periode kedua ini. “Kami masih menganggap dia kader PDI Perjuangan dan itu presiden kita,” tambahnya.
Djarot juga menjawab isu soal PDIP bisa menang karena Jokowi. Ia menyebut PDIP bergerak bersama-sama untuk kemenangan.
“Jadi PDI Perjuangan itu adalah organisasi yang bergerak bersama-sama, jadi suara kita kolektif, bukan individu-individu. Bagi kita semua itu bekerja, kita kan punya struktur,” ujar Djarot.
Ia menyebut PDIP ketika bersama Jokowi tak memiliki peningkatan suara yang signifikan. Menurutnya, semua kemenangan berkat kerja kader-kadernya.
“Dan coba lihat kenaikannya PDIP ketika bersama Pak Jokowi, nggak tinggi-tinggi amat kok, sekitar 1 persen kali ya, 2 persen kali ya. Artinya apa? Itu karena berkat kerja keras daripada kader, para anggota dan simpatisan. Dan kita konsisten untuk turun ke bawah, itu kuncinya,” ujarnya.
“Maka daripada itu kita fokus sekarang semuanya turun ke bawah, temui rakyat, dengarkan suara hati rakyat, bantu rakyat, menyatu dengan rakyat, bonding dengan rakyat, sampai ke akar rumput,” lanjutnya.
Ia mengatakan di PDIP tak ada yang disebut paling hebat. Ia menegaskan bahwa semua struktur bekerja bersama.
“Di PDIP itu tidak ada disebut ‘aku yang paling hebat, mendapat suara paling besar’, ndak. Bagi kita itu semuanya vote gather, ini semua struktur bekerja, kader bekerja, tiga pilar partai bekerja maksimal. Dan ini terbukti, selalu surveinya PDIP, ya apapun surveinya itu pasti nomor satu,” katanya. [wip]