(IslamToday ID) – Akademisi dari Universitas of Melbourne Prof Vedi R Hadiz turut bersuara perihal putusan MK yang akhirnya meloloskan Walikota Solo Gibran Rabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
“Menurut saya itu adalah manuver politik yang cukup jitu. Ternyata kalkulasi politik dia (Presiden Jokowi) itu tidak keliru, walaupun ada bagian dari masyarakat yang memprotes,” katanya dikutip dari YouTube KompasTV Jawa Barat, Kamis (30/11/2023).
Meskipun memicu banyak protes, faktanya suara dari pasangan calon (paslon) 2 Prabowo-Gibran tidak mengalami penurunan.
“Kita lihat, ada MKMK soal pelanggaran etik dan banyak ramai-ramai cendikiawan, aktivis, civil society itu mempersoalkan soal etik ini, tapi faktanya ternyata survei terakhir setelah MKMK, Prabowo-Gibran tetap elektabilitasnya tinggi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia menilai wajar jika terjadi protes. “Menurut saya dengan sangat beralasan memprotes, karena undang-undang harus diubah untuk memungkinkan ini (pencalonan Gibran),” tuturnya.
Lebih lanjut, Vedi menganggap para aktivis atau intelektual tidak memiliki kaki tangan di masyarakat. Hal tersebut menjadi salah satu persoalam mendarah daging di politik Indonesia.
“Jadi pikiran-pikiran mereka, concern-concern mereka itu cenderung bersirkulasi di antara mereka sendiri gitu, dan tidak mempunyai infrastruktur sosial politik untuk menyosialisasikan ide-ide mereka kepada masyarakat yang lebih luas,” jelas Vidi.
“Perlu diingat bahwa buat masyarakat bawah pelanggaran-pelanggaran seperti nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan di tingkat sehari-hari, di tingkat lokal, di tingkat pengalaman hidup mereka yang nyata itu selalu ditemui,” tambahnya.
Secara sosial, masyarakat Indonesia selalu mengalami kejadian seperti nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan.
“Dalam kenyataannya itu mereka terbiasa dengan kenyataan bahwa yang berkuasa walaupun di tingkat lokal kadang-kadang bisa berbuat apa saja yang dia mau dan (penguasa) tidak mempunyai akuntabilitas, walaupun kita sudah (hidup) dalam demokrasi gitu ya,” tegasnya.
Meskipun itu fakta yang terjadi, Vidi tidak membenarkan tindakan tersebut. “Jadi apakah kita perlu kaget bahwa mereka menganggap ini adalah sesuatu yang biasa saja gitu. Saya tidak membenarkan ya tindakan ini,” pungkasnya. [res]