(Islam Today ID) – Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo, mengajak mahasiswa untuk dapat membangun kepekaan dan relasi sosial sejak dini, sehingga disaat menjadi pemimpin akan mudah berempati dan tetap mengingat rakyat.
Nilai-nilai itu disampaikan Ganjar saat berdialog dengan perwakilan mahasiswa Universitas San Pedro, Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, STIM, STIKOM Artha Buana, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN), Politeknik, Universitas Muhammadyah, Universitas Timor, dan Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) di Kampus Universitas San Pedro Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (1/12/2023).
Ganjar menyatakan, sebagai anggota DPR RI dua periode dan gubernur Jawa Tengah dua periode, memiliki banyak pengalaman bertemu dengan kalangan mahasiswa yang menghadapi kesulitan saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Sebagai pemimpin di Jawa Tengah, Ganjar mengaku banyak membantu mahasiswa yang ngekos di seluruh wilayah Jawa Tengah. Kebijakan itu ditempuh sebagai wujud empatinya kepada para mahasiswa perantau, mengingat masa lalunya juga termasuk mahasiswa kurang mampu saat berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Ini sepenggal cerita pendek, waktu saya jadi mahasiswa seperti kalian, mungkin mohon maaf, hidup saya tidak sebagus kalian. Saya harus survive, mencari pekerjaan tambahan. Teman-teman, ayo melatih diri, membangun kepekaan dan relasi sosial sejak dini. Kalau kelak menjadi pejabat, kamu mesti ingat pada rakyat,” ujarnya.
Ia menuturkan bahwa pada hari pertama kampanye, pada 28 November lalu, dia mengawali dengan mengunjungi Merauke, Provinsi Papua Selatan, yang berada di ujung Timur Indonesia. Sementara itu, Calon Wakil Presiden (Cawapres) Mahfud MD memulai kampanye perdana di Sabang, Provinsi Aceh, yang berada di belahan barat Indonesia.
Setelah dari Merauke, Ganjar balik ke Jakarta, dan pada Jumat (1/12/2023), Ganjar mengunjungi Kupang dan Pulau Rote di NTT. Dari Pulau Rote, lanjutnya, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi lokasi berikutnya, kemudian Palu di Sulawesi Tengah.
Kesejahteraan Guru Agama
Pada kesempatan itu, Ganjar secara khusus mengungkapkan keprihatinannya pada kesejahteraan tenaga pendidik keagamaan dan guru ngaji.
Ganjar bertekad untuk memberikan apresiasi yang layak kepada guru ngaji dan tenaga pendidik keagamaan yang telah berperan besar membentuk karakter dan akhlak anak-anak. Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Agama, sekitar 65% guru ngaji berpendapatan jauh di bawah upah minimum regional (UMR).
“Saya sudah mengambil inisiatif di Jawa Tengah, memberikan hibah lebih dari Rp 1 triliun untuk insentif guru ngaji dan pendidik keagamaan lainnya. Kebijakan ini akan diluaskan secara nasional. Kelak, setiap guru ngaji dan pendidik keagamaan akan mendapat insentif Rp1 juta per bulan. Selain itu, mereka juga akan mendapat fasilitas BPJS Kesehatan,” kata Ganjar.
Selain itu, Ganjar juga membahas tentang pentingnya akses pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
“Saya punya pengalaman sedikit. Akses pendidikan adalah peluang yang bisa diberikan kepada anak-anak muda agar dapat bersekolah, belajar. Sekolah adalah tempat terbaik untuk kita merubah nasib. Contohnya, saya sendiri, saya dari keluarga biasa-biasa saja. Saya berjuang berjuang, tangga demi tangga, jatuh bangun, dalam sebuah proses yang sangat panjang. Tapi proses itu tidak demikian saja, ada doa dan air mata,” ujar Ganjar.
Di sisi lain, Ganjar tidak mempermasalahkan untuk memberikan bantuan sosial kepada rakyat miskin pada kurun waktu tertentu. Demikian juga bantuan untuk masyarakat lanjut usia dan pensiunan.
“Lalu bagaimana dgn keluarga si miskin? Dibantu boleh, tapi kalau ada daya di sana, kasih pendidikan, akses kesehatan, dan modal yang baik. Kami menerima contoh anak usia muda yang tidak bisa sekolah. Nak, kamu sekolah ya, negara yang biayai. Makanya di Jawa Tengah dibangun sekolah untuk orang miskin, 3 tahun mereka belajar, kemiskinan keluarganya terangkat,” kata Ganjar.[mfh]