(IslamToday ID) – Analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai kemenangan dalam debat capres-cawapres bukan ukuran untuk memenangkan Pilpres 2024.
Pasalnya, menurutnya, 5 hingga 10 persen rakyat Indonesia merupakan pemilih rasional yang menentukan pilihan karena gagasan sang capres-cawapres.
“Debat capres secara umum cukup menarik, tetapi lebih terlihat sebagai forum konfirmasi visi-misi capres yang tertulis, tidak mendalami isu-isu penting terkait hukum, HAM, korupsi, dan demokrasi,” kata Ubed menanggapi gelaran debat capres yang digelar KPU beberapa waktu lalu, Jumat (15/12/2023).
Misalnya, kata Ubed, tidak ada pendalaman mengenai isu hukum tertentu yang krusial, seperti kasus Sambo, kasus TPPU hingga Rp 340 triliun, pelanggaran HAM berat era 1998 dan era Jokowi, problem hukum yang tumpul ke atas tajam ke bawah, atau korupsi politik dalam pemilu, termasuk korupsi yang merajalela atau KKN di lingkaran elite kekuasaan.
“Ketidakmendalaman itu diperparah dengan peran yang tidak optimal dari para panelis,” tutur Ubed dikutip dari RMOL.
Terkait dengan penilaian terhadap masing-masing capres, Ubed menilai, debat pertama dimenangkan oleh capres nomor urut 1, Anies Baswedan, runner-up Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto di posisi ketiga.
“Namun perlu diingat, kemenangan dalam debat tidak menjadi ukuran untuk memenangkan Pilpres. Efek debat akan terjadi massif jika ada amplifikasi narasi debat capres ke publik secara luas dan mudah dimengerti oleh rakyat secara umum,” pungkasnya. [wip]