(IslamToday ID) – Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Fuad Bawazier menyoroti kecerdikan Presiden Jokowi yang kini membuat PDIP tak lagi digdaya di tahun politik ini.
Jokowi seolah ingin mematahkan anggapan bahwa dirinya tak bisa berbuat banyak tanpa PDIP. Faktanya, Jokowi justru bersinar mengendalikan perpolitikan Indonesia.
“Masih terngiang-ngiang di telinga kita ketika Ibu Megawati mengatakan ‘Jokowi tidak ada apa-apanya (tanpa dukungan PDIP)’. Dan publik sepertinya percaya saja pada pernyataan itu, bahwa Jokowi itu tidak ada apa-apanya tanpa dukungan PDIP,” kata Fuad dikutip dari RMOL, Senin (1/1/2024).
“Jokowi hanyalah seorang petugas partai, meskipun dia sudah nyata-nyata seorang presiden. Pernyataan itu oleh sebagian besar rakyat dinilai pelecehan terhadap jabatan presiden,” lanjutnya.
Menurut Fuad, PDIP terlalu percaya diri memiliki Jokowi dan meyakini sang presiden tidak akan lepas dari PDIP.
“Begitulah PDIP, merasa memiliki dan mengontrol sepenuhnya Jokowi, dan rupanya yakin bahwa Jokowi sangat bergantung pada kedigdayaan PDIP. Tanpa kekuatan PDIP, Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa. Begitulah keyakinan PDIP,” ujarnya.
Dengan keyakinan besar itu, kata Fuad, kader banteng dianggap tak tersentuh kasus hukum, seperti Harun Masiku yang kini masih buron.
“Sampai-sampai kasus Harun Masiku yang masuk ke wilayah non eksekutif (yudikatif) sekalipun tidak terjamah, diduga karena kuatnya pengaruh eksekutif (PDIP) ke yudikatif,” imbuhnya.
Fuad menilai justru sebaliknya, Jokowi malah hilang kesabaran dengan PDIP dengan melakukan perlawanan.
“Lama kelamaan kesabaran Jokowi ada batasnya. Dengan kesabaran, Jokowi melawan sedikit demi sedikit. Tapi rupanya tidak mendapat respons yang seimbang, sampai-sampai Jokowi akhirnya benar-benar bangkit menunjukkan kekuatannya dan meninggalkan PDIP,” beber salah satu pendiri Partai Hanura tersebut.
Saat ini, lanjut Fuad, PDIP telah ditinggalkan Jokowi dan menilai banteng sudah tidak bertanduk lagi. “Di luar dugaan PDIP, ditinggalkan Jokowi rupanya justru PDIP yang tidak ada apa-apanya. Sempoyongan tidak karuan. Kawan-kawan PDIP berbalik meninggalkannya dan bergabung ke Jokowi. PDIP kini tampak kebingungan,” ungkapnya.
“Menyesal, tapi nasi telah menjadi bubur. Dalam berbagai survei, perolehan suara PDIP menunjukkan melorot, sementara Jokowi masih tetap berjaya,” lanjutnya.
Masih kata Fuad, elektabilitas Capres-Cawapres PDIP merosot perolehan suaranya dan diperkirakan partainya bisa jadi tidak lagi di urutan pertama. Demikian pula partai-partai pendukung lainnya yang diperkirakan akan ikut tumbang (merosot).
“Publik menduga PDIP laksana unta di padang pasir, yang mulai kekurangan persediaan air. Banyak yang telah putus asa sebelum sampai garis finis. Itu pun belum usai pertempuran. Misalnya ada kasus Harun Masiku dan kepala BIN yang masih menggantung,” tukas Fuad.
“Sekali lagi, ternyata PDIP sempoyongan dan tidak ada apa-apanya ditinggal Jokowi. Ironi politik, sungguh ironi,” pungkasnya. [wip]