(IslamToday ID) – Aktivis senior Syahganda Nainggolan menilai pemerintahan Presiden Jokowi lebih kejam dibanding Orde Baru. Menurutnya, apabila Jokowi mampu melanjutkan kekuasaan maka demokrasi Indonesia akan hancur
“Jokowi itu poros China. Buat saya lebih kejam Jokowi daripada Soeharto, karena dia (Jokowi) tidak memandang aktivis politik seperti saya dengan penghormatan,” kata Syahganda dikutip dari YouTube Abraham Samad Speak Up, Senin (8/1/2024).
“Kalau China berkuasa di sini, dia (China) pasti anti demokrasi dan HAM. Siapapun pemimpin yang berkolaborasi dengan China pasti nangkapin orang-orang seperti saya. Saya akan sering masuk penjara. Kalau ini berlanjut, saya tahu demokrasi akan mati,” sambungnya.
Syahganda mengatakan tanda-tanda matinya demokrasi di Indonesia saat ini sudah terlihat.
“Sudah tanda-tanda selama Jokowi berkuasa, kita umat Islam terasa tersingkirkan. Ulama-ulama dipenjara. Kelompok-kelompok Islam seperti FPI, HTI dibubarkan tanpa pengadilan. Demokrasi mati,” terangnya.
Ia juga mengatakan apabila China berkuasa, rakyat Indonesia akan jauh dari kesejahteraan. “China berkuasa tidak pernah menguntungkan Indonesia, karena hanya membiayai cukong yang ada di Indonesia, orang kaya yang ada di Indonesia untuk semakin menguasai Indonesia. Oligarki,” terangnya.
Bila dalam pemilu nanti rakyat memilih Prabowo sudah pasti Indonesia akan tetap berada satu poros dengan China, lantaran isu pelanggaran HAM yang terjadi pada 1998 silam membuatnya tidak diterima di poros Barat.
“Prabowo ini menurut saya tidak punya pilihan. Meski mulai membangun hubungan dengan Amerika dengan pembelian senjata, tapi tetap dekat ke China. Dia nyaman ke China karena di Amerika dia ditolak. Dia nyaman untuk melanjutkan poros Jokowi, makanya dia senang dengan isu keberlanjutan,” bebernya.
Berbeda kalau yang menang kubu 1 atau 3. Arah politik luar negeri Indonesia tidak akan berkiblat ke China.
“Kalau paslon 1 sudah pasti kiblatnya bukan di China. Itu kelihatan dalam wawancara Anies Baswedan di TV Australia. Dia mengatakan spektrumnya meluas bukan hanya China, tapi ke non China juga,” pungkasnya. [ran]