(IslamToday ID) – Konsultan politik Eep Saefulloh Fatah yakin apabila pasangan capres-cawapres yang mendapat dukungan dari Presiden Jokowi akan kalah di Pemilu 2024.
“Saya yakin bahwa pihak yang punya kepentingan sempit (kepentingan pribadi dan keluarga) di 2024 ini akan kalah,” kata Eep dikutip dari YouTube Bachtiar Nasir, Senin (15/1/2024).
“Besok misalnya yang terpilih jadi presiden bukan Pak Prabowo. Sepertinya memang bukan Pak Prabowo yang jadi presiden,” lanjutnya.
Pasalnya, Prabowo dianggap diusung dan didukung oleh Jokowi. Sebagai presiden, Jokowi dinilai tidak dapat memberikan dan menampilkan tauladan bagi masyarakat terlebih menyangkut etika. Meski Eep tidak menampik bahwa selama menjabat sebagai presiden ada pencapaian yang dilakukan Jokowi.
“Tapi dalam soal-soal mendasar gagal. Kegagalan terbesar menurut saya adalah kegagalan menyangkut etika. Dulu tagline-nya Jokowi adalah kita tapi kemudian Pak Jokowi berkhianat kepada kita. Jadi bukan hanya kepada PDIP dan Bu Mega tapi kepada kita.”
“Keluarnya Putusan MK No 90 Tahun 2023 melibatkan tiga orang yang amat sangat berkaitan satu dengan yang lain, ayah, anak, paman. Itu menunjukkan praktik nepotisme yang tidak bisa ditutupi,” lanjutnya.
Meski yakin Prabowo tidak akan menang, namun keyakinan itu harus dibarengi dengan usaha.
“Itulah perjuangan jangka pendek. Tentu saja semua orang berjuang dengan caranya, semua orang berjuang dengan kesempatan yang dimiliki masing-masing, dengan sumber daya yang dimiliki masing-masing,” paparnya.
Eep juga mengatakan pada ujungnya setiap pemilu akan membedakan dua pelaku, yakni bintang dan pelaku. Bintang adalah yang tampil di debat, tampil di panggung-panggung dan balihonya terpampang di mana-mana.
“Tapi penentunya adalah setiap orang yang datang ke TPS dan jangan pernah bawa rasa takut, jangan pernah bawa rasa bersalah, jangan pernah bawa mentalitas orang-orang tertindas,” tegasnya.
Dengan adanya keyakinan yang dibawa setiap orang untuk memilih capres-cawapres yang menurutnya tepat, Eep yakin sebanyak apapun dukungan yang diberikan oleh aparat negara tidak akan dapat mengalahkan kekuatan rakyat.
“Sehebat apapun dia tampil, sehebat apapun aparat mendukung mereka, tapi hanya dengan tusukan paku mereka akan kita kalahkan dengan sangat telak,” ucapnya.
Pemilik Polmark Research Centre ini melihat politik uang yang umum terjadi saat masa kampanye juga tidak banyak berpengaruh. Ia justru melihat politik uang sebagai reaksi kecemasan dari kubu yang takut kalah.
“Uang menurut saya hanya menandakan kepanikan saja. Semua program yang jor-joran itu menandai bahwa ternyata tidak mudah menundukkan rakyat, tidak mudah menang ketika semua orang sudah bangun dan terjaga,” jelasnya.
Menurut Eep, penting pula mengedukasi masyarakat tentang money politic. Jangan sampai menggadaikan masa depan hanya demi uang yang nilainya tidak besar.
“Inilah yang harus terus disampaikan kepada semua orang. (Diberbagai forum) Harus disampaikan bahwa terima saja uang itu karena setiap orang yang sulit berhak untuk dibantu dan setiap orang yang berkelebihan wajib membantu,” terangnya.
Lebih lanjut Eep mengatakan pada 14 Febuari mendatang rakyat Indonesia tidak hanya memilih presiden dan wakilnya, tetapi juga menentukan masa depan politik Islam dan kebudayaan Islam. [ran]