(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan ide di balik penurunan videotron Anies Baswedan di dua titik baru-baru ini didalangi oleh Presiden Jokowi. Namun justru ada lebih banyak videotron baru bermunculan yang dinilainya sebagai upaya perlawanan generasi muda yang tidak bisa dibendung.
“Penghalangnya pasti Jokowi genk, karena selalu makin lama kita makin lihat bagaimana upaya Jokowi itu untuk menghalalkan lolosnya Gibran dan itu justru efek buruk bagi Prabowo,” kata Rocky dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (19/1/2024).
“Ini berhadapan dengan anak-anak muda yang kreativitasnya melampaui semua keahlian tim sukses, kalau itu menyangkut kepentingan anak muda jadi ini (kemunculan videotron baru) upaya untuk mengolok-olok (Jokowi),” lanjutnya.
Apalagi, kata Rocky, politik kita hari ini sudah dikuasai oleh kemampuan untuk memanfaatkan semua peralatan yang basisnya teknologi. Jadi, menurutnya, tindakan men-takedown videotron Anies merupakan pelajaran yang buruk bagi Jokowi yang berupaya untuk cawe-cawe.
“Cawe-cawenya Jokowi dibalas dengan cawe-cawenya K-Pop ini. Ini akan hadir terus. Dalam satu-dua minggu ini sampai dengan tanggal 14 Febuari untuk menjadi pembicaraan publik maka nama Anies-Cak Imin akan beredar terus di dalam pikiran orang,” terangnya.
Rocky menganggap anak-anak muda saat ini sedang melakukan perlawanan terhadap kecurangan yang terjadi dengan kecerdikan. Dan apa yang dilakukan anak muda tersebut lebih mampu menyita perhatian publik.
“Videotron itu didesain gerak di dalamnya ada narasi dan ada keindahan dan ini resmi bayar pajak. Gak mungkin dipasang oleh aparat. Aparat tidak mampu bayar pajak. Jadi dengan patungan kecil dengan ide yang besar terjadi kampanye yang betul-betul menguntungkan. Bukan menguntungkan AMIN sepenuhnya, tapi merugikan Prabowo Cs sebetulnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Rocky mengatakan penting bagi Prabowo melihat bagaimana sikap cawe-cawe Jokowi yang sudah dimulai dari awal sehingga pemilu ini bukan lagi pertandingan antara Prabowo dan AMIN dan Ganjar tapi antara Prabowo dan pelatih utama, Jokowi.
“Jadi Jokowi gak tahan sebetulnya untuk melihat efek yang dia tunggu yaitu Gibran akan meledak suaranya. Anak-anak muda ini justru menganggap Gibran ini siapa. Gibran bisa mengklaim mewakili anak muda, tapi anak-anak muda ini tidak ada yang mau diwakili oleh Gibran,” ujarnya. [ran]