(IslamToday ID) – Pakar komunikasi politik Karim Suryadi menilai debat cawapres yang berlangsung pada Ahad (21/1/2024) malam berlangsung antiklimaks dan membosankan.
“Yang pertama jalannya debat antiklimaks, membosankan, tidak menarik, tidak menampilkan sesuatu yang baru. Namun kalau saya gambarkan performa ketiga kandidat, saya gambarkan begini, Cak Imin mengalami reborn dibanding debat kedua, Pak Mahfud MD makin tegas dibanding debat kedua, tapi Gibran stagnan,” kata Karim dikutip dari Metro TV, Senin (22/1/2024).
Ia menilai stagnan karena terlalu banyak mengulang apa yang dikatakan pada debat kedua.
“Sebab kita tahu dia pernah menanyakan sesuatu yang semestinya muncul di debat kali ini pada debat kedua. Selain karena pola pertanyaan yang sudah diingatkan. Pertanyaan yang menjebak seakan mengetes,” jelasnya.
Meski antiklimaks, namun dalam debat kali ini Karim menganggap pemilih akan mendapatkan sesuatu yang menginspirasi ketika memilih nantinya baik itu dari wawasan, etika, maupun sikap yang ditampilkan para cawapres dalam panggung debat.
“Yang mereka tunjukkan itu sikap sebagai calon wakil presiden. Apakah mereka patut, layak menampilkan diri, menunjukkan dirinya sebagai wakil presiden dalam sebuah acara resmi. Ini bukan lagi main-main.”
Karim kemudian menyoroti satu per satu performa tiga kandadidat cawapres itu. Menurutnya, di manapun yang namanya debat kandidat capres-cawapres pelurunya hanya dua.
Satu, kebijakan yang sudah pernah dia lakukan di masa lalu, kebijakan yang akan dia kerjakan, dan tujuan utama pemerintahan yang akan dia wujudkan.
“Hanya Pak Mahfud yang bisa menjelaskan ini, tapi sayangnya itu hanya sebatas pengalamannya ketika menjabat ketua MK yang belum sampai taraf implementasi,” tuturnya.
Sementara, Cak Imin dikatakan Karim, reborn karena bukan hanya lebih lancar, gamblang, dan lugas, tetapi ia juga dianggap lebih bisa menampilkan perspektif yang lain.
Amunisi kedua dalam debat, lanjutnya, adalah karakter, manner, adab, dan akhlak. “Dan itu terlihat semalam bagimana nilai yang dianut. Kesopanan, kesantunan, kepatutan, kejujuran, dan cara pandang orang, kandidat tentang kontestan tentang lawan. Kalau ada pemain yang berniat mencederai lawan harus disanksi. Jadi apabila ada pertanyaan yang bersifat menjatuhkan itu sifatnya tidak fair dan itu merugikan rakyat sebagi publik,” paparnya.
Demikian juga dengan gimik, karena gimik merupakan representasi karakter.
“Apakah wakil presiden yang seperti itu yang kita cari? Biar jawaban itu yang jadi jawaban terbuka. Jadi jawaban saya meski debat tadi malam mengalami antiklimaks dibanding debat kedua, tapi memberikan tanda yang terang benderang tentang kelayakan calon wakil presiden dari sisi karakter,” pungkasnya. [ran]