(IslamToday ID) – Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menanggapi tudingan bahwa proyek food estate atau lumbung pangan gagal. Ia menegaskan proyek tersebut tidak semuanya gagal.
“Intinya adalah program-program yang sudah berjalan sekarang nomor 1 dan nomor 3 ini kan kompak food estate gagal,” kata Gibran saat debat cawapres, Ahad (21/1/2024).
“Saya tegaskan sekali lagi Pak. Memang ada yang gagal, tapi ada yang berhasil juga, yang sudah panen misalnya di Gunung Mas, Kalteng itu sudah panen jagung, singkong. Cek saja nanti ininya, cek saja datanya,” tambahnya.
Klaim keberhasilan yang disampaikan Gibran berbeda dengan fakta yang ditemukan organisasi lingkungan Walhi Kalimantan Tengah (Kalteng).
Pemerintah dinilai berupaya menyelamatkan proyek gagal di food estate Gunung Mas tersebut, dengan menanam jagung di atas perkebunan singkong yang terlantar.
Direktur Walhi Kalteng, Bayu Herinata mengatakan, berdasarkan temuannya di lahan seluas 600 hektare tersebut pada 2 Desember 2023 lalu sudah ada pembangunan infrastruktur pertanian.
Seperti tandon air berkapasitas 31.000 liter dan jaringan pipa untuk mengairi atau menyiram tanaman. Kemudian tumpukan tanah yang diduga diambil dari luar kabupaten.
“Itu tanah subur ditumpuk di jalan utama, sepertinya belum banyak diaplikasikan ke lahan tanam waktu itu,” kata Bayu seperti dilansir BBC News Indonesia, Ahad (30/12/2023).
Walaupun demikian, Walhi Kalteng mengaku menemukan jagung yang tumbuh subur di food estate Gunung Mas merupakan tanaman yang menggunakan medium polybag.
Temuan Walhi juga mengungkap, selain kebun jagung dari polybag, ada juga tanaman jagung yang ditanam langsung di tanah bekas kebun singkong.
Dari amatan mereka, pertumbuhan jagung-jagung setinggi jengkal tangan orang dewasa itu disebut tak begitu baik.
Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Kementan Kalteng tidak membantah bahwa mereka menggunakan polybag untuk menanam jagung. Tapi itu bukan satu-satunya, kata seorang pejabatnya. Mereka juga menggunakan metode tanam larikan. Tujuannya, demikian BPSI Kalteng, untuk mencari tahu mana yang lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan tanaman jagung di lahan yang miskin unsur hara.
Sebagai percobaan, BPSI Kementan di Kalteng menanam 1.300 tanaman jagung di polybag seluas 3 hektare. Kemudian sekitar 4 hektare lagi ditanami jagung yang menggunakan sistem larikan.
Mereka mengharapkan panen jagung dapat terjadi pada awal 2024, walaupun besaran hektarenya tidak seluas yang diharapkan. Terungkap pula bahwa komoditas jagung itu bukan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan industri atau dipasarkan langsung.
Tapi, demikian pejabat BSIP Kementan Kalteng, menjadi sumber benih tanaman jagung di lahan yang masih kosong.
Bagaimanapun, Walhi Kalteng menganggap proyek kali ini tak lebih dari justifikasi atau pembenaran pemerintah bahwa lahan mangkrak tersebut masih bisa dikelola. Modusnya, demikian Walhi, dengan memanfaatkan komoditas tanaman yang paling cepat beradaptasi di semua jenis tanah yakni jagung.
Pola yang sama seperti ini ditemukan di beberapa tempat yang pernah dilakukan proyek pertanian skala besar. Lagipula, demikian temuan Walhi Kalteng, di kawasan Gunung Mas, Kalteng, tidak ada masyarakat sekitar yang bekerja menjadi petani. Itulah sebabnya mereka meminta agar proyek ini dihentikan.
Terhadap permintaan seperti ini, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan sepertinya tetap meyakini bahwa proyeknya akan berhasil.
Di sela-sela kunjungannya ke Gunung Emas, Kalteng pada 11 Desember 2023 lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan dalam enam bulan ke depan ratusan hektare lahan itu bisa tertanami.
Menjawab apa yang disebutnya sebagai “keraguan” sebagian masyarakat terhadap proyek food estate, Wakil Menteri Pertahanan, Muhammad Herindra mengklaim proyek ini bisa berhasil.
Seperti diketahui, proyek food estate merupakan tanggung jawab Kementerian Pertahanan, sementara Kementerian Pertanian mendukung dan memberikan contoh bagaimana memanfaatkan lahan dengan baik. [wip]