(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengatakan seharusnya kompetisi pemilu itu dilakukan secara jujur dan siapapun yang berkompetisi memiliki kesempatan dan hak yang sama. Sehingga akan membangun demokrasi yang sehat dan kompetisi yang fair.
Hal ini menanggapi dibatalkannya perizinan acara “Desak Anies” secara sepihak di Yogyakarta yang digelar pada Selasa (23/1/2024).
“Kalau persoalan izin yang kemudian dibatalkan itu adalah perkara yang biasa, tapi kalau itu kemudian dibatalkan mendadak di malam hari sementara acaranya besok pagi, tentu menimbulkan praduga dan kecurigaan-kecurigaan yang luar biasa,” kata Adi dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Rabu (24/1/2024).
“Kalau memang acara Desak Anies dirasa mengganggu, tidak sesuai dengan prosedur, standar persyaratannya tidak dipenuhi kan sejak awal mestinya ditolak,” sambungnya.
Masalah yang dihadapi Desak Anies di Yogyakarta ini, kata Adi, bukan yang pertama karena acara serupa di beberapa daerah di Indonesia juga sempat mengalami kandala seperti di Tanah Datar, Sumatera Barat, Padang, Pekanbaru, dan Riau.
“Kalau misalnya hanya terjadi di Jogja mungkin publik melihat ini hal yang teknis biasa, tapi kalau terjadi di berbagai tempat tentu ini menimbulkan efek. Menurut orang ada yang tidak selesai soal kampanye yang mestinya dilaksanakan secara demokratis,” jelasnya.
Terkait bahwa kompleks yang akan menjadi tempat digelarnya Desak Anies merupakan milik TNI yang tidak ingin dikaitkan dengan pemilu, menurut Adi, itu bisa dilakukan sejak awal. Bukan tiba-tiba dibatalkan tapi setelah izinnya dikeluarkan. Inilah yang memicu kegaduhan politik.
“Ini yang jadi pertanyaan kenapa pas malam hari waktu esok harinya acara? Ini sebenarnya diskusi biasa gak ada hal yang aneh. Tidak ada sesuatu yang dikhawatirkan. Ini dikaitkan dengan upaya untuk mempersulit aktivitas politik kubu AMIN ini yang kemudian menjadi gaduh sebenarnya,” jelas Adi.
Dengan adanya berbagai insiden yang terkesan menghalangi kampanye yang diterima oleh kubu 01 dan 03 tidak menutup kemungkinan adanya perasaan terpinggirkan dan tidak terima yang berujung pada keyakinan keduanya akan bersatu.
“Jangan-jangan ini akan semakin mempertebal mereka soal kemungkinan koalisi di putaran kedua andai Pilpres dua putaran,” pungkasnya. [ran]