(IslamToday ID) – Forest Campaigner Greenpeace Iqbal Damanik menilai tidak sepenuhnya yang diungkapkan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengenai hilirisasi nikel di Indonesia menguntungkan. Benar menguntungkan, tapi hanya secara ekonomi.
“Mungkin angkanya memang turun (kemiskinan) tapi pasca nikel ini masyarakat sudah kehilangan lahannya, kehilangan ruang hidup, kehilangan sumber daya ekonomi. Sehingga pasca nikel apa yang mereka dapatkan? Seperti kita tahu nikel ini terbatas waktu eksploitasinya, tidak bisa panjang seperti industri pertanian dan nelayan,” kata Iqbal dikutip dari YouTube Metro TV, Jumat (26/1/2024).
“Hitung-hitungan ekonomi yang disebutkan menguntungkan itu sebetulnya belum menghitung eksternalitas tambang, termasuk hitungan korban-korban jiwa yang menjadi korban di dalam industri nikel,” lanjutnya.
Dampak negatif juga terlihat dari rendahnya SDM masyarakat di wilayah yang menjadi daerah hilirisasi.
“Pak Luhut juga lupa bahwa sudah terjadi fenomena kutukan sumber daya alam (SDA) di Indonesia. Di mana tingkat kemiskinan, pengangguran, kebodohan itu tinggi di wilayah-wilayah industri SDA, sehingga keluar atau save thing dari industri ekstraktif ekonomi ini ke yang lebih hijau,” tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa yang disampaikan Gibran Rakabuming Raka dalam debat mengenai hilirisasi juga bertolak belakang. Di satu sisi Gibran menyebut green economy akan membuka lapangan kerja baru tapi di sisi lain masih menggaungkan hilirisasi. “Green job masih jauh dengan hilirisasi yang digaung-gaungkan selama ini,” tuturnya.
Sebagai informasi, Luhut Binsar Pandjaitan tidak terima apabila hilirisasi nikel yang dijalan pemerintah selama 10 tahun belakangan dinilai ugal-ugalan. Menurutnya, dengan adanya hilirisasi nikel banyak mendatangkan keuntungan bagi Indonesia.
Pernyataan Luhut itu untuk menanggapi statement Tom Lembong yang mengatakan bahwa hilirisasi menyebabkan pencemaran lingkungan yang luar biasa. Selain itu, Tom Lembong juga mengatakan banyaknya nikel yang diekspor membuat harga nikel dunia anjlok. [ran]