(IslamDaily ID) – Pakar komunikasi politik UGM Nyarwi Ahmad menilai munculnya gerakan empat jari merupakan gerakan kelas menengah sebagai simbol penolakan dari kaum intelektual atas adanya paksaan Pemilu 2024 satu putaran.
“Sebenarnya muncul dari gerakan intelektual. Salam empat jari itu dikaitkan dengan salah satunya sila keempat itu soal demokrasi kerakyatan,” kata Nyarwi dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Senin (29/1/2024).
“Salam empat jari ini juga disebutkan sebagai alternatif bukan Prabowo-Gibran. Artinya salam empat jari ini versus salam dua jari apalagi beberapa waktu lalu ada salam dua jari dari mobil kepresidenan,” lanjutnya.
Bisa dibilang salam empat jari merupakan simbol penolakan sekaligus simbol kekhawatiran Prabowo-Gibran satu putaran dalam Pemilu 2024 mendatang.
“Ada gerakan dari komunitas kelas menengah yang cukup risau karena sebelumnya dari komunitas relawan atau pada aktivis bahkan meneriakkan satu putaran. Satu putaran ini kan kurang lebih salam dua jari yang merujuk pada Prabowo-Gibran,” ucapnya.
Gerakan ini, menurutnya, gerakan organik tanpa ada yang mensponsori. Yang menjadi pertanyaan, katanya, apakah gerakan ini akan meluas.
“Kelas menengah kita kira-kira risau atau tidak dengan kondisi yang ada sekarang. Salam empat jari ini juga sebagai upaya untuk meng-counter peluang dari 02 untuk satu putaran. Ini juga sekaligus memberikan peluang kepada salah satu dari kubu 01 dan 03 untuk masuk putaran kedua,” terangnya.
Bisa dibilang salam empat jari ini muncul sebagai akumulasi bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan Presiden Jokowi yang semakin hari semakin memperburuk kondisi Indonesia. Demokrasi yang menurun hingga terbentuknya pemerintahan dinasti.
“Salam empat jari ini dibangun oleh kelompok-kelompok yang risau adanya penggunaan sumber daya yang dianggap mungkin kurang demokratis yang berpeluang untuk terjadinya satu putaran,” pungkasnya. [ran]