(IslamToday ID) – Politikus senior Zulfan Lindan mengaku tidak yakin bahwa Presiden Jokowi meminta untuk bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Gak yakin saya. Saya gak yakin Pak Jokowi mau ketemu sama Bu Mega. Ini langkah politik menurut saya bahaya sekali. Bahaya bagi Prabowo-Gibran,” kata Zulfan dikutip dari laman YouTube Keadilan TV, Selasa (30/1/2024).
“Sementara yang dituntut sekarang itu kan satu putaran, Pak Jokowi itu harus terjun langsung kampanye untuk Prabowo-Gibran. Tiba-tiba ada satu kesan Jokowi mau bertemu Mega, itu cara kerja yang salah dalam politik. Orang sudah yakin mau diragukan lagi,” lanjutnya.
Menurut Zulfan apabila isu tersebut benar maka akan terkesan Jokowi main dua kaki di Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.
“Untuk situasi saat ini dia tidak mungkin lakukan itu. Sangat riskan dalam situasi yang tidak sampai 20 hari lagi kemudian Pak jokowi ingin bertemu dengan Ibu Mega, sementara belum tahu siapa pemenangnya. Itu sangat menganggu terutama bagi pemilih Prabowo-Gibran,” ucapnya.
“Gak mungkin Jokowi balik badan. Kalau Jokowi balik badan, bunuh diri,”’ tegasnya.
Zulfan lantas menyebut mulanya hubungan Jokowi dengan Megawati berjalan dengan baik. Polemik keduanya mulai muncul ketika putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI.
“Kalau Bu Mega tidak ada masalah awal-awal dulu, tapi setelah Kaesang menjadi Ketum PSI, Gibran menjadi cawapres itu yang membuat komunikasi menjadi tambah lama tambah tidak ada,” jelasnya.
Akibat tidak ada komunikasi yang terjalin di antara keduanya maka menimbulkan superioriti.
“Bu Mega merasa super, Jokowi merasa super. Kalau dua-dua orang super susah ketemu. Kalau yang satu merasa di bawah itu bisa ketemu. Dari faktor usia kan Bu Mega dituakan, artinya dihormati. Susahnya kan Pak Jokowi kader, tapi seorang presiden juga. Posisinya juga sama,” ucapnya.
Sebagai informasi, belakangan santer beredar isu yang mengatakan bahwa Presiden Jokowi meminta waktu untuk bertemu langsung dengan Megawati. Namun isu itu telah dibantah oleh pihak Istana dan juga oleh Sekjen PDIP Hasto Kristyanto. [ran]