(IslamToday ID) – Politikus PPP Romahurmuziy mengungkapkan alasannya tidak lagi berada di pihak yang sama dengan Presiden Jokowi pada Pemilu 2024 ini lantaran pencawapresan Gibran Rakabuming Raka telah mencederai demokrasi.
“Ketika saya mencium itu sebagai sebuah kepastian, jauh sebelum putusan MK itu, saya secara pribadi memang sudah memutuskan untuk tidak lagi bersama dalam konteks ini dengan Pak Jokowi, karena berbeda pandangan soal demokrasi. Karena bagi saya itu mencederai demokrasi,” kata Romy sapaan akrabnya dikutip dari laman YouTube Hendri Satrio, Selasa (30/1/2024).
“Sehingga sejak Agustus itu saya memutuskan untuk tidak, karena saya dengar itu sejak akhir Agustus 2023. Jadi waktu akhir Agustus itu sudah dengar nanti putusan MK-nya begini. Skenarionya akan begini. Saya sudah tidak cocok,” lanjutnya.
Kepastian Gibran menjadi pendamping Prabowo Subianto, dikatakan Romy, sudah terdengar di akhir Agustus 2023.
“Kepatiannya sejak akhir Agustus bahwa akan ada kepastian bentuknya keputusan MK, sudah mulai bikin atribut, perintah-perintah sudah turun, ada kawan EO yang dipesenin untuk bikin-bikin acara,” bebernya.
Romy pun mengaku tidak terkejut setelah apa yang didengarnya ternyata menjadi kenyataan dua bulan setelahnya. Meski diakuinya kabar pencalonan Gibran ini cukup mengejutkan berbagai kalangan.
“Saya mendapat informasi dari orang-orang yang berada dekat di sekeliling beliau (Jokowi) yang bahkan sampai detik-detik putusan MK menyatakan tidak pernah ada bahasan presiden mau mewacanakan Mas Gibran mau menjadikan wakilnya Pak Prabowo. Itu baru disampaikan presiden pada saat beliau mau kunjungan ke China,” tuturnya.
Disinggung mengapa akhirnya Jokowi mengajukan Gibran sebagai pendamping Prabowo dan dengan sengaja mencederai demokrasi, Romy lantas menyinggung keinginan Jokowi untuk memperpanjang jabatannya menjadi tiga periode.
“Saya sederhana saja kalau kesimpulan hari ini. Ini adalah metamorfosis dari keinginan tiga periode, karena sebelumnya Pak Jokowi menginginkan tiga periode. Bahkan sudah membangun komunikasi melalui utusannya kepada ketua fraksi-fraksi partai di Senayan,” ucapnya.
Keinginan adanya tiga periode ini, sambungnya, terlihat dari segala upaya yang dilakukan Jokowi agar Prabowo-Gibran dapat memenangkan pada pemilu ini.
“Kalau kita lihat dari semua indikasi-indikasi pelanggaran yang begitu masif dan menyebar, mulai dari urusan di Boyolali, di Manado, batu bara, pencopotan baliho di Bali. Itu kejadian bukan lepas satu sama lain, tapi berhubungan. Pasti ada satu kelompok sistematis yang bekerja untuk melakukan hal yang sama karena temuannya sama. Kita bisa hitung dengan jari di republik ini mana kelompok sistematis yang memang memiliki kemampuan itu,” pungkasnya. [ran]