(IslamToday ID) – Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai mundurnya Menko Polhukam Mahfud MD akan menyebabkan ketidakstabilan politik di Indonesia terutama apabila langkah ini juga diikuti oleh menteri-menteri lain di Kabinet Indonesia Maju II.
“Kalau misalnya mundurnya Prof Mahfud MD ini diikuti oleh banyak menteri di kabinet Presiden Jokowi tentu akan menimbulkan instabilitas politik yang punya implikasi jangka panjang, termasuk ekonomi maupun elektoral,” kata Burhanuddin dikutip dari YouTube tvOneNews, Jumat (2/2/2024).
“Tetapi kita perlu wait and see apakah pengunduran diri Prof Mahfud MD ini akan bergulir seperti bola salju ataukah akan berhenti di Prof Mahfud MD,” lanjutnya.
Menurutnya, mundurnya Mahfud ini juga memberikan tekanan psikologis kepada Menhan Prabowo Subiyanto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Walikota Solo yang hingga kini belum mundur.
“Saya tahu bahwa aturan hukum secara formal tidak mengharuskan orang seperti Prof Mahfud MD untuk mengundurkan diri atau Pak Menhan mengundurkan diri, karena sudah diubah aturannya. Jadi tidak perlu mundur, mereka bisa tetap maju sebagai capres atau cawapres, tapi secara etika akan menimbulkan posisi yang dilematis, sulit,” jelasnya.
Hal ini juga tentu akan menjadi pertanyaan dari menteri-menteri yang berasal dari partai politik yang mendukung paslon 01 dan 03 memiliki narasi berbeda dengan yang dikeluarkan pemerintah.
“Di pemerintahan Pak Jokowi sekarang masih ada menteri-menteri dari PKB termasuk kakaknya Muhaimin Iskandar, Ibu Ida Fauziah, termasuk menteri dari Nasdem tertinggal satu, yaitu Bu Siti Nurbaya, dan beberapa menteri dari PDIP,” paparnya.
Para menteri tersebut, jelasnya, tidak terkena dampak, namun apabila dalam debat muncul kritikan tajam dari paslon 01 dan 03 dapat menimbulkan masalah etika tersendiri.
“Paslon 03 belakangan narasinya semakin keras mengkritik pemerintah. Tentu saja akan mudah dibalikkan oleh paslon 02 kalau misalnya pemerintah dianggap gagal, kenapa menteri-menterinya masih bertahan,” tutupnya. [ran]