(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung mempertanyakan perolehan suara yang didapat oleh para paslon capres-cawapres dalam Pemilu 2024. Khusus untuk paslon 02, dirinya pesimistis angka-angka tersebut murni atau memang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh kubu mereka.
“Itu angka moral atau angka elektoral. Kalau seandainya itu angka moral, oke kita terima angka itu, tapi kalau di angka elektoral kita justru curiga karena sudah didesain dari awal angka itu akan didapat segitu,” kata Rocky dikutip dari YouTube Tempodotco, Kamis (15/2/2024).
“Sebetulnya kalau kita mau fair buat Anies dan Ganjar tidak perlu menunggu sampai quick count selasai. Datang ke komisi DPR bilang ‘kami menolak hasil pemilu’,” lanjutnya.
Seharusnya, tutur Rocky, sejak awal Anies dan Ganjar menolak angka elektoral tersebut katika tahu angka tersebut telah dimanipulasi.
Sementara bagi para pemilih yang meskipun mengetahui bahwa banyak kecurangan yang dilakukan oleh paslon 02, sebut Rocky, namun tetap memilih capres-cawapres kubu 02 salah satunya dilatarbelakangi oleh faktor pendidikan.
“Gak mungkin dia lihat lagi karena kalau kita lihat demografi pemilih kita mayoritas 70-80 persen hanya sekolah sampai kelas XII dan itu sebetulnya yang diperhatikan oleh Presiden Jokowi untuk disiram BLT. Itu menunjukkan bahwa Jokowi tahu bahwa dia memenangkan (Pilpres) kalau dia memanipulasi demografi pemilih kita,” jelasnya.
Rocky juga melihat bahwa memang dari awal Jokowi tidak mendesain pemilu dengan dua putaran yang mengakibatkan dirinya akan dimakzulkan setelah putaran kedua berlangsung.
“Dari awal ada otoriter and personality dari Pak Jokowi untuk mengatakan tidak mungkin saya izinkan Anies apalagi Ganjar untuk menantang saya di putaran kedua. Kira-kira itu. Jadi kejahatan yang dirancang basisnya adalah ambisi presiden untuk menyelamatkan keluarganya, bukan keluarga Indonesia,” terangnya.
Meski pada akhirnya Jokowi berhasil memenangkan paslon 02, tapi Rocky yakin bahwa pergerakan dari kalangan muda yang saat ini mulai melek politik akan terjadi. Mereka akan bergerak melawan kesewenang-wenangan yang dilakukan Jokowi untuk merusak demokrasi. Salah satu pemicunya melalui film Dirty Vote.
“Selalu ada element of surprise. Tiba-tiba anak muda melek politik ini muncul dan berupaya untuk memberi sinyal bahwa mereka tidak tenggelam. Dari lapis ke lapis itu kita anggap perubahan itu akan dimulai dari film ini (Dirty Vote). Film ini tidak akan dihapus oleh sejarah dan orang akan menganggap itu penanda perubahan zaman,” pungkasnya. [ran]