(IslamToday ID) – Aktivis senior Faizal Assegaf mengatakan hasil penghitungan suara Pilpres 2024 yang ditampilkan quick count merupakan kebohongan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
“Apa yang dilakukan oleh quick count bukan sesuatu yang baru. Ini suatu perangkat yang sudah disiapkan untuk melegalkan proses jalannya kecurangan yang sudah didesain 7-8 bulan lalu,” kata Faizal dikutip dari YouTube Abraham Samad Speak Up, Jumat (16/2/2024).
Kebohongan hasil perhitungan cepat ini, katanya, diungkapkan sendiri oleh Prabowo Subianto pada 2019 silam.
“Para pendukung Prabowo pada tahun 2019 yang tersebar di seluruh Indonesia, Prabowo sudah melakukan sosialisasi bahwa lembaga survei yang sekarang ini bahwa quick count itu kebohongan. Siapa yang bayar besar, mereka punya kepentingan, persekongkolan, maka hasilnya akan mereka buat,” tuturnya.
Dirinya juga mempertanyakan tidak adanya dasar hukum yang melandasi quick count merilis hasil kemenangan paslon. Menurutnya, itu sebuah kejahatan.
“Tidak ada dasar hukum, memang hak akademisi berekspresi dalam proses survei itu boleh, tapi mengumumkan kemenangan sebelum KPU mengumumkan ini satu kudeta di dalam sistem pemilihan umum,” katanya.
Maka dengan tegas Faizal mengatakan bahwa quick count itu sebagai kumpulan kejahatan yang dilakukan oleh para penipu.
“Quick count itu pusatnya kejahatan, kumpulan para penipu-penipu yang berkedok intelektual. Itu bukan menurut saya, menurut Prabowo dan itu sudah disosialisasi Gerindra di seluruh Indonesia,” tegasnya.
Namun, kata Faizal, hari ini Prabowo menggunakan jasa yang sama yaitu lembaga survei. Hal itu menggambarkan seolah-olah Prabowo bekerja sama dengan pembohong untuk mendapatkan kemenangan.
“Ini meruntuhkan marwah Prabowo. Saya berharap Prabowo masih sebagai ksatria tidak terlalu jauh masuk ke wilayah kecurangan seperti ini karena habis dia punya harga diri, habis dia punya kehormatan,” jelasnya.
Alasan Faizal mengatakan hasil quick count bohong lantaran sampel yang digunakan untuk melakukan perhitungan hanya 2.000 TPS, padahal di Indonesia ada lebih 800.000 TPS.
“Dan saya mau kasih tahu 2.000 TPS itu diduga kuat adalah TPS siluman, TPS hantu karena mereka tidak umumkan dimana jelasnya. Dan apa faktanya? Terungkap di layar televisi ternyata hasil quick count itu sudah dirancang dari tanggal 13, satu hari sebelum tanggal 14 (hari pencoblosan). Itu semua beredar di media sosial. Artinya ini desain dari watak penipuan politik dinasti yang selama ini sudah secara terang dan tegas disampaikan oleh para akademisi,” bebernya.
“Jadi tindakan quick count ini adalah pembenaran bahwa dinasti politik terlalu jauh bergerak memandu kecurangan bernegara, kecurangan demokrasi yang dapat mengancam,” pungkasnya. [ran]