(IslamToday ID) – Kader senior PPP sekaligus inisiator Forum Ka’bah Membangun Habil Marati mengatakan perjalanan PPP sudah mencapai klimaksnya di Pemilu 2024. Klimaks yang ia maksud bukan dalam arti positif, tapi justru sebaliknya.
Kehancuran PPP ditengarai Habil dimulai saat PPP ambil bagian dalam pemerintahan atau berada dalam koalisi pemerintah.
“Klimaks dalam artian kerusakan baik struktural dan infrastruktur. PPP sejak Pemilu 2019-2024 kehilangan karakter politiknya. PPP ini dulu selalu mengambil peranan sebagai partai oposisi, tapi oposisi yang amar maruf nahi munkar, yang mengajak pada kebenaran, yang berakhlakul karimah, yang berpegang pada nilai-nilai kebangsaan,” kata Habil dikutip dari YouTube Hersubeno Point, Jumat (22/3/2024).
“Tapi PPP sejak 2019-2024 mengikuti Jokowi tapi kehilangan segala-galanya, jadi artinya PPP membantu Jokowi 2019-2024 itu tidak berefek pada kemajuan PPP. Mengapa demikian? Karena banyak pengurus-pengurus PPP itu secara kaderisasi tidak matang berpolitik,” jelasnya.
Ia lantas mengungkapkan apa yang dilakukan oleh kader PPP hingga menyebabkan partai Ka’bah kian terpuruk. “Mereka mengambil uang di PPP, memperkaya diri sendiri, tapi tidak memperkaya partainya. Seperti Pak Mardiono, dia jelas-jelas menjadi Plt di PPP harusnya satu hingga tiga bulan (tapi) ini Plt menjadi definitif, ini aneh,” tuturnya.
Keanehan ini semakin menjadi ketika Mardiono, dikatakan Habil, tidak bisa digantikan melalui muktamar luar biasa karena bukan produk muktamar tapi produk rapimnas.
“Untuk mengganti Mardiono tidak perlu melakukan muktamar luar biasa karena dia produk rapimnas. Itu produk ilegal karena tidak sesuai dengan AD/ART PPP. Kenapa dipaksakan karena didukung pemerintah. Tapi Mardiono tidak memberi efek elektoral pada PPP,” bebernya.
Jadi dengan tegas ia mengatakan bahwa dengan bergabunganya PPP dengan Jokowi justru memperburuk kondisi partai tersebut.
“Buat apa berada di pemerintahan terus-menerus 2019-2024 tapi tidak memberikan elektoral bagi PPP. Justru bergabungnya PPP ke Pak Jokowi 2019-2024 ini membuat PPP kehilangan dukungan elektoral,” ujarnya.
Habil juga menyinggung masuknya Sandiaga Uno yang menurutnya tidak memberikan aspek politik sama sekali terhadap PPP.
“Faktanya Sandi (Sandiaga Uno) itu tidak memberikan aspek politik yang positif pada PPP. PPP mengambil Sandi sebagai Ketua Bapillu ada dua kategori. Pertama, dari segi kepentingan PPP Sandi mampu menyediakan dana kampanye PPP, sementara dari sisi Sandi diusung menjadi cawapres. Faktanya justru memperlemah dan menghancurkan PPP,” pungkasnya. [ran]