(IslamToday ID) – Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami degradasi moral yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kiamat kecil yang menghancurkan rezim berkuasa dan akan diganti dengan rezim baru.
Seperti maraknya pembunuhan, pertikaian antar sesama, dan penokohan terhadap orang yang salah.
“Ada 24 tanda kiamat kecil dunia akan kiamat, di antaranya ada orang yang sama sekali tidak pantas ditokohkan tapi ditokohkan. Ada yang pantas ditokohkan tapi dikucilkan. Terbalik-balik,” kata Nasaruddin dikutip dari YouTube Abraham Samad Speak Up, Sabtu (23/3/2024).
“Masyarakat cuek terhadap kebatilan jadi tidak punya rasa malu, tidak punya muruah (harga diri). Kalau rasa malu sudah tidak ada lagi, itu merupakan degradasi moral yang merupakan fenomena akhir zaman,” lanjutnya.
Untuk mengembalikan kondisi sosial masyarakat maka diperlukan pertaubatan nasional. Taubat itu bukan hanya tugas individual karena dosa bukan hanya terjadi karena perorangan tetapi juga masyarakat.
Nasaruddin lantas juga mengingatkan apabila keadaan ini terus berlanjut, maka rezim kali ini tidak akan berumur panjang. Karena ajal tidak hanya melanda setiap orang, tetapi juga bisa terjadi pada sebuah rezim.
“Setiap satu rezim, setiap satu masyarakat, komunitas itu juga punya ajal. Rezim Orde Lama tiba ajalnya, rezim Orde Baru ajalnya juga sudah tiba. Yang kita cermati itu bukan hanya ajal individu, tetapi negara juga punya ajal. Ada generasi perintis, pembangun, penikmat, dan generasi penghancur. Kita tidak ingin generasi penghancurnya terlalu dominan, jadi nanti akan ada lagi muncul generasi perintis. Muncul siklus baru, negara ini begitu,” paparnya.
Ia lantas mengatakan apabila Indonesia ingin menjadi negara maju seharusnya mencontoh Amerika yang memberikan perhatian lebih terhadap generasi penerus, bukan sebaliknya melakukan pembiaran dan lebih memperhatikan kepentingan pribadi dan golongan.
“Lihat negara-negara maju, Amerika misalnya. Generasi penikmatnya maju karena dirawat transparansinya, moralitasnya, meskipun dia bukan negara agama tetapi perilaku sosial, budaya leluhur yang bersih, tertib, berpikir sistematis, demokratis, dan kritis itu sebetulnya nilai-nilai religius yang sesungguhnya,” jelasnya.
“Kata kuncinya moralitas itu harus dipertahankan, kapan moral dalam suatu masyarakat itu tidak terurus itu nanti ajal masyarakat itu juga akan terancam,” lanjut Nazaruddin. [ran]