(IslamToday ID) – Tim Hukum TKN Prabowo-Gibran, Martin Lukas Simanjuntak menolak anggapan yang mengatakan bahwa bansos menyebabkan suara Ganjar-Mahfud berpindah ke Prabowo-Gibran dalam kontestasi Pilpres lalu.
“Dalam penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kompas kalau kita baca dalam kesimpulan itu jelas bahwa yang menjadi faktor dominan ke Prabowo-Gibran itu bukan karena bansos tapi karena hal-hal lain,” kata Martin dikutip dari YouTube tvOneNews, Rabu (3/4/2024).
Menurutnya, proporsi perpindahan suara dari Ganjar ke Prabowo yang terindikasi bansos hanya 24 persen.
“Dari 24 persen itu memang ada 50 persen lebih yang dinilai memilih Prabowo-Gibran karena bansos. Jadi bukan bansos yang menjadi faktor dominan lagi, bansos ini kan legal. Ada undang-undangnya, ada aturan pelaksanaannya dan dibagikan secara simbolis,” terangnya.
Ia juga membantah apabila bansos digunakan untuk alat politik, karena bansos dibagikan bukan pada saat kampanye saja. Tetapi sudah ada sejak Jokowi menjabat sebagai presiden. Lebih dari itu, Lukas juga menilai Jokowi adalah sosok presiden yang low profile.
“Pak Jokowi ini bukan baru kemarin turun ke lapangan, bahkan sering masuk ke gorong-gorong di DKI Jakarta, jadi ini lumrah (apabila sosok yang didukung Jokowi menang),” lanjutnya.
Sementara dari sisi Prabowo, ia menilai sosoknya yang dianggap mau berubah pada akhirnya mampu meluluhkan hati para pemilihnya di pemilu lalu. Sehingga yang membuat pemilih berpindah dari Ganjar-Mahfud ke Prabowo-Gibran sebab lainnya adalah faktor ketokohan.
“Mengenai ketokohan ini justru yang paling bagus karena ada perubahan sikap. Dulu 2014-2019 saya memilih Pak Jokowi tetapi setelah menjadi menteri (Prabowo) mulai berubah sikapnya dan itu yang membuat saya luluh,” ujarnya.
Namun Martin tidak menampik bahwa kemenangan Prabowo-Gibran tidak lepas dari ketokohan Jokowi sebagai presiden. Itu menurutnya wajar karena rakyat pasti menginginkan pemimpin yang mau meneruskan program kerja Jokowi yang selama ini dianggap telah berhasil membangun Indonesia. [ran]